Jumat, 27 April 2012

Rindu . . .


Dulu kita bersama
Tanpa jarak
Tanpa canggung
Tanpa  berharap apapun
Sekarang kita tak pernah lagi menyatu
Dekat seakan jauh

Karena semua ini aku yang mulai
Aku yang menginginkannya

Semua ini karena perasaanku yang salah, seharusnya aku menyadarinya sebelum semuanya terjadi, namun terlambat semuanya karena aku terlanjur mencintaimu dan berharap kamupun memiliki perasaan yang sama dengan ku, itulah obsesiku yang sangat terlalu besar yang menjadikan kecewa ketika semuanya tak dapat ku raih.
Aku terlalu bodoh tuk berpikiran bahwa kamupun akan memiliki perasaan yang sama dengan ku, itulah kebodohanku yang berulang, sepertinya jangankan untuk mencintaiku bersama dengan ku pun kamu sangat malu, risih melihat aku yang tak seperti teman-teman perempuan mu yang sangat cantik, tapi inilah aku dengan segala kekuranganku, tak ada kelebihan sedikitpun selain kelebihan dalam berat badan. Ternyata harapanku terlalu tinggi, dulu aku berharap semuanya akan berakhir seperti cerita-cerita ftv yang sering aku tonton, semuanya sekali lagi hanya cerita, pada kenyataannya semua laki-laki akan malu jika bersama dengan perempuan yang tak cantik, dan gemuk. Itulah yang dapat aku simpulkan dari beberapa kisahku yang berakhir selalu sama, mengecewakan dan tentunya menyedihkan namun aku sudah terbiasa dengan hal seperti itu.
Setelah pertemuan itu aku memutuskan tuk pergi menghindarinya, aku berpikir tuk egois, menata kembali hatiku tuk tetap tegar dengan segala sesuatu yang telah terjadi, tanpa memikirkan apa yang dia rasakan, terserah  . . . yang ku pikirkan sekarang hanya akupun ingin bahagia meski ku merasakan sakit yang sangat mendalam.
Semakin hari aku semakin menjauh, bukan karena aku membencinya atau bahkan karena aku malu untuk dekat dengannya, jujur tidak sama sekali terlintas dalam benakku sedikitpun, namun semua ini karena aku tidak ingin terus menerus membuatnya merasa malu. Dia sangat istimewa untukku, segala kelebihan dan kekurangannya merupakan sesuatu yang istimewa bagiku, karena bagiku dia merupakan definisi dari kenyamanan, itulah yang aku rasakan. . .
Alasan yang egois mengapa aku harus menghindar darinya adalah karena akupun ingin bahagia . . .
Aku ga mau harus tetap memendam perasaan ini terus di dalam hatiku, aku ingin semua perasaanku ini pergi menjauh dari hatiku, karena bagiku ketika aku berjauhan dengan mu aku akan lebih mudah untuk membuatnya pergi, dengan aku pergi aku menjauh maka aku tak akan melihatmu bersama wanita lain yang pastinya sangat cantik, hingga aku tak akan merasakan sakit . . .
Ternyata aku salah, dengan menjauh darimu membuat aku tersiksa karena rinduku yang tak pernah bisa ku ungkapkan . . . aku yang merasa kehilangan hampir satu tahun kita setiap hari bersama, bercanda, seharing, ngobrol yang ga penting, tapi itu membuat aku nyaman, berbeda dengan sekarang sudah hampir 5 bulan kita berjauhan, tak ada lagi canda, tak ada lagi kekonyolan yang kamu buat, aku rindu semuanya . . . dulu aku berpikir dengan aku menghindar darimu aku akan bahagia karena ga bisa melihatmu lagi, aku bisa melupakanmu, ternyata tidak 5 bulan ini membuat aku lelah, aku ga bisa melupakanmu, aku ga bisa menghapus semua perasaanku padamu . . .
Aku ingin kita seperti dulu lagi . . . namun semuanya sudah terlambat karena sekarang bukan aku yang ingin menjauh darimu, namun kamu yang ingin menjauh dariku . . . sekarang sikap mu seakan tak pernah mengenalku, aku terima semua hukuman ini dengan mencoba tuk tegar meskipun sangat sulit . . .  sekarang aku tak akan memaksakan segala impianku, dengan kamu menyapa ku pun aku sangat bahagia . . .
Hanya berteman dengan kamu pun aku akan bahagia, karena setidaknya aku bisa menyapamu sesuka ku . . . meskipun aku harus melihat mu pacaran dengannya . . . aku akan mencoba tuk menghadapinya karena aku harus tau diri . . .


Karena  sesungguhnya kita sama
Sama-sama mencintai
Aku mencintaimu
Dan kamu mencintainya . . .

Senin, 23 April 2012

Nasihat untuk para  "PLAY BOY"
Pasti kalian sering banget denger kata “play Boy” apalagi semenjak ada girl band “ 7 icon” yang menjadikannya sebuah judul lagu, kita sebagai cewe yang normal pasti ga akan mau kan terjebak sama ulah-ulah para play boy itu  . . .tapi gimana kalo ternyata playboy itu adalah salah satu temen kita?? gimana caranya supaya tidak terjebak?? Gimana kalo dikasih nasihat aja . . . yuuuu kita nasihati . . .
“hey kamu para lelaki play boy,,, kenapa sich harus jadi play boy??? Apa yang bisa kamu dapatkan sich??? Apa gelar sebagai play boy itu membanggakan untuk kamu?? Atau malah membuat kamu malu??? Syukurlah kalo ternyata membuat kamu malu . . . tapi untuk kamu hey para lelaki play boy yang malah merasa bangga dengan gelar itu tunggu karma yang akan kamu dapatkan . . ..hehehe . . .
Ternyata ada juga para lelaki yang ga niat buat jadi cowo play boy tapi ternyata apa yang dia lakukan ternyata seperti para playboy, gimana tuh??? Masih masuk dalam katagori play boy juga kah?? Tapi dia g niat lhooo ????
Okelah disini kita akan memberikan kata-kata untuk para lelaki yang telah mempermainkan para wanita, entah di sengaja ataupun tidak di sengaja, yang jelas udah nyakitin hati wanita . . .
Perempuan itu dilahirkan bukan untuk digunakan sebagai tempat percobaan,  bukan pula digunakan untuk tempat singgah sementara waktu ketika sedang hampa. Perasaan perempuan itu suci, tak pernah meminta lebih, yang dia inginkan hanya kenyamanan yang hakiki bukan kenyamanan yang semu. Meskipun kalian (para cwo playboy)  hanya berniat untuk mencari wanita yang pas untuk kamu, tapi pernahkah kalian merasakan apa yang wanita sesungguhnya rasakan, gimana kalo ternyata cwe yang kamu permainkan itu memiliki rasa cinta dan sayang yang tulus, murni tanpa melihat kemewahan kamu??? Rugi kan telah mempermainkannya?? Tapi sayangnya karena kamu tidak pernah tau  jadinya terlanjur disakiti deh, padahal kan tujuan kamu ingin mencari wanita yang sungguh-sungguh sayang sama kamu, eh pas udah ada di depan mata malah dimaini juga kan??? Sekarang jadinya rugi juga kan????
  Apalagi kalo kalian (para cwo play boy) memang niat dari awal untuk mainin hati wanita?? Emang para kita-kita ini punya salah apa sih sampai kalian niat mainin hati kita...??
Oh iya . . . untuk teman-teman se gender ku kaum para wanita kuat . . .
Tau kah kamu gimana sich awal mulanya para playboy itu bergerak untuk meluluh lantahkan kita??
Yang pertama yaitu dengan pura-pura seharing dengan kita tentang masalah dengan pacarnya (sekarang tu udah g musim para playboy ngaku g punya pacar) terus lama-kelamaan dia juga bilang kalo ternyata dia g nyaman sama pacarnya dan lebih nyaman sama kamu, terus dia juga cerita kalo ternyata akhirnya putus ma pacarnya dan barulah ngedeketin kita dan membuat kita nyaman hingga kita luluh lantah dibuatnya, udah ngebuat kita luluh lantah kalo ternyata dia udah bosen sama kita ditinggali dech kita tanpa memikirkan hatikita yang hancur berkeping-keping . . . #lebay


Waspadalah –waspadalah . . .

Sabtu, 07 April 2012

cerpen



Ketika  Cinta  Tak  Seperti  FTV

Pagi ini tak seperi hatiku yang sangat mendung, awan seakan bergerak lincah seakan menertawakan makluk rapuh yang berjalan gontai di bawah sang mentari yang tersenyum semu.  Mungkin semua rumput yang ia injak akan bertanya-tanya mengapa makhluk ini tiba-tiba menekukkan lehernya berarah ke tanah.
“ya.... tungguin aku dong!” tiba-tiba teriakan itu mengagetkan lamunan yang tak kunjung berakhir ini.
“ayooo . . . “dengan malas aku pun menjawabnya.
Sebenarnya aku lebih ingin berjalan sendiri, menekukkan leher seakan mencari sesuatu yang hilang di atas rumput,  namun jika aku berjalan dengannya mungkin setidaknya akan lebih membuatku ceria walaupun itu sesaat.
selama di perjalanan menuju kampus Mela tetap seperti yang dulu, ceria dan selalu membuat aku tertawa dengan kekonyolannya ketika aku bersamanya, namun itu hanya sesaat, karena saat ini pikiranku masih tertuju pada hatiku.
“ya aku harus ke perpus dulu, mau ikut ga? Kamu duluan aja lah!”begitulah ujar Mela tiba-tiba.
“okelah kalo begitu” jawabku singkat.
Lamunanku yang tadi sempat tertunda kembali kulanjutkan, beribu pertanyaan kepada hati ini telah ku lontarkan, namun tetap saja tak satupun ia mampu menjawabnya.
“andai saja kisah cintaku ini berakhir seperti cerita ftv !”
“atau seperti cerita-cerita dongen ketika harus ada pangeran yang mencintai perempuan yang buruk rupa?,”
“hmmmh . ..  sekali lagi itu hanya hayalan”
Pikiranku masih tertuju pada peristiwa setahun yang lalu, “aku nyesel harus kenal sama kamu, kenapa sich kita tu harus kenal? Kalo ga kenal kan aku ga akan suka sama kamu?”pertanyaan itu selalu aku lontarkan pada diri sendiri yang berarti sebuah penyesalan.
“yah aku sangat mencintainya” begitulah ujarnya sambil menangis di atas bantal sepulangnya ia kuliah
“tapi kapan kamu akan sadar kalo aku sayang sama kamu” begitulah kata-kata di sela-sela isak tangisnya
“dengan seenaknya kamu memberikan harapan-harapan itu padaku, kemudian dengan seenaknya pula tiba-tiba kamu bilang aku sedang mencintai dia”
“kamu itu sengaja mempermainkan hati aku? Atau memang kamu tidak peka terhadap apa yang aku rasakan?”
Isakkan itu kini berakibat kepada bantal yang aku gunakan semakin basah
“aku lelah harus mencintaimu”
“aku hanya ingin bisa melupakanmu sepenuhnya”
“aku harus bisa tau diri, bahwa aku dan kamu itu bagaikan punguk merindukkan bulan”
“ini bukan ftv yang kemudian dia tiba-tiba mencintaiku, tapi ini kehidupan nyata”
“maaf jika aku pergi secara tiba-tiba, bukan karena aku membencimu, namun karena aku ingin bahagia tanpa ada rasa cinta kepadamu” begitulah ujarnya di ujung isakannya
Tiba-tiba pintu kosan ku secara sengaja di pukul-pukul oleh seseorang di luar sana
“alyaaaaaa . . . . ayoooo mau ikut makan di luar ga??? “ begitulah teriakan diluar yang cukup mengagetkanku.
“ayooooo . . . bentar yah mau ganti baju dulu”begitulah jawabku seperti biasa
“okehhh ga pake lama yah . . .”

Dan seperti itulah kisahku hari ini . . . ^,~

Jumat, 06 April 2012

Luapan hati

 
 Renungan Diakhir Senja

Dalam diamku aku mencinta
Dalam tangisku aku merindu
Dalam kosongku aku berharap

namun . . .

dalam hariku engkau pergi
dalam langkahku engkau berlari
dan dalam nafasku engkau tiada

bukan ini yang kuinginkan
hatiku tak lagi sempurna
fokus tak lagi dalam pikiran
air bah menunggu dalam kelopak

mungkin aku kan lelah
menanti bukan lagi harapan

kebangkitanlah yang kuinginkan . . . .

Kamis, 05 April 2012

cerpen 1/2


saat ini saya ingin sekali menceritakan tentang sesungguhnya kehidupan saya yang penuh dengan kekuatan dalam menjalani hidup, kita mulai saja yach  tentang apa yang terjadi dengan saya sekarang ini, entahlah saya mampu atau tidak dalam menjalani tulisan saya ini.
Tuuuuttttttt.......suara itu mengagetkan lamunanku yang sedang menatap lelah layar komputer....
“oh...ternyata dia’’ sambil melemparkan kembali telepon genggamnya itu ke atas kasur busa yang sudah mulai menipis .....
“andai yang sms itu bukan dia tapi kamu? But it’s don’t possible for me ....yaudahlah ya.....”kembali ia bergumam dalam hatinya karena sesungguhnya orang yang ia harapkan bukan lah orang yang namanya tadi terpampang di layar handphone nya
Kejenuhannya di depan komputer mengakibatkan runtuhnya pertahanannya untuk tidak membuka fasilitas internet yang ada di hp nya, jari-jarinya mulai bergerak lincah diatas keypad hpnya mencari orang yang sangat ia sayangi sekarang ini, orang yang tidak pernah tahu bahwa ada makhluk rapuh yang selalu mendambakan ia ada di sisinya, namun ternyata setelah membuka alamat www.facebook.com yang ada di hpnya bukan senyuman yang ada di bibir yang jarang tersungging karena bahagia itu, tapi malah bibir yang berbentuk lingkaran karena kaget, ternyata orang yang tadi sms iti sudah tua banget, mungkin seumuran dengan ayahnya, hehehe,,,,,, ya, orang yang tadi sms itu namanya Toni, baru kenal tadi malam sich di acara cari jodoh di salah satu radio swasta tapi sungguh dia tidak menyangka orangnya setua itu...

cerpen nich . . .


ORANG YANG BAIK SELAMANYA
Berawal dari  7 tahun yang lalu
Saat itu aku sudah menginjak semester 7 dalam kuliahku,
 dari semenjak semester 3 aku sudah menyukai seorang laki-laki yang sangat alim sekali sehingga untuk bersentuhan dengan lawan jenisnya pun  tidak pernah sekalipun, sehingga aku tidak bisa mendekatinya, yang ku bisa lakukan hanya melihatnya dari jauh, dan jika mengobrol yang dibicarakan hanyalah tentang organisasi atau tugas mata kuliah, dan pada suatu saat kecelakaan itu pun terjadi, entah bagaimana caranya ada seonggok daging yang bernyawa dalam perutku,dan aku pun tidak tahu siapa penanam benih ini, aku rasa aku tidak pernah melakukannya dengan siapa pun, karena kekasih pun aku tidak punya... tapi ketika aku bilang kepada keluargaku tentu cacian dan makian yang aku dapatkan yang sampai sekarang masih ada, mereka tetap memaksaku untuk menikah dan mencari ayah dari anak yang kukandung ini, tapi aku tidak tahu harus mencarinya ke mana, dan harus meminta pertanggung jawaban kepada siapa. Semakin hari perutku semakin terlihat membuncit. Dan akhirnya aku mencoba untuk meminta bantuan pada seseorang yang sejak lama aku taksir, sore itu aku ke rumahnya dan menceritakan semua kejadian yang menimpaku saat ini hingga aku harus meminta bantuannya dan jawabannya hanya “iya, nanti aku pikirkan dahulu, seminggu lagi aku akan memberikan jawabannya.” Dalam perjalanan pulang aku hanya meminta ya allah tolong bantulah aku, semoga lewat dia kau membantuku”....
seminggu kemudian aku kembali  mendatangi rumahnya. Ternyata dia menungguku di depan rumahnya, dengan muka serius aku menanyakan hasilnya, dan saat itu aku mengutarakan kesepakatan jika dia mau. “ jika kau benar mau membantuku dengan cara menikahiku tolong jangan kau ceraikan aku sebelum lama pernikahan ini satu tahun, jika kau jijik padaku kau boleh tidak menyentuhku sekalipun, walaupun kau sudah menjadi suamiku kau boleh menikah dengan orang yang kau sayangi, aku siap di madu, kau juga tidak perlu repot untuk menafkahiku kau pun boleh memarahiku jika kau mau,,,,” dan seselesanya aku berkata dia hanya menjawab dengan anggukan kepala,,, Subhanallah kali ini kau adalah malaikat dalam hidupku, kau adalah orang yang sangat baik selama hidupku....
Hari pernikahan aku dan dia pun tiba, dan sampai saat itu hanya kami yang tahu bahwa pernikahan ini hanyalah pernikahan yang palsu, di depan para tamu kami hanya tersenyum bahagia, memang yang aku rasakan saat itu adalah bahagia, karena akhirnya ada juga orang yang mau menikahiku. Dan entah apa yang membuatnya bisa tersenyum seolah-olah senyum kebahagiaan, mungkin iya berpikir “ senangnya aku mempunya pembantu baru dalam rumahku nanti”.............hari itu pun selesai, selama tiga hari kita tinggal di rumah ibuku di sana kami berakting mesra di depan keduanya, tanpa aku suruh dia sudah mengerti apa yang harus di katakan dan apa yang harus dia lakukan ketika kita berkumpul bersama keluarga, akting dia sangat bagus sekali, tidak terlihat sedikit pun ada kepalsuan dalam gerak langkahnya, selama tiga hari itu kita memang tidur satu kamar, sebelumnya sudah aku siapkan tikar untuk tidur ku nanti, selama tiga hari itu pun aku tidak pernah tidur satu ranjang, tanpa aku disuruh pun aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan, ketika keluargaku mulai tidur lelap aku  pun mulai menggelar tikar di bawah ranjang suamiku, dan paginya langsung aku bereskan kembali tikar bekas aku tidur  dan ranjang bekas suamiku tidur, ternyata masih rapih dan aku cukup membereskannya sedikit saja, selama di rumah aku memang tidak memasak tapi aku mencoba untuk menghidangkannya saja untuknya. Dan akhirnya tak lama kemudian setelah sarapan pagi dia meminta izin kepada orang tuaku untuk membawaku pindah ke rumah baru kami, mereka pun mengizinkannya karena sekarang aku sudah memiliki keluargaku sendiri. Karena jaraknya cukup jauh jadi kami baru sampai di rumah baru kami ketika senja mulai datang. Rumah ini sangat bagus, tidak begitu besar dan cocok untuk pasangan muda yang baru berbahagia, “ andai pernikahan ini bukan pernikahan palsu pastinya sangat bahagia sekali aku menjadi permaisuri di rumah ini.”dalam benak hatiku. Awalnya aku ingin bertanya rumah siapa ini?warisan? tapi rasanya tidak enak untuk aku tanyakan sekarang. Ketika kami sampai di rumah ternyata ada tiga ruang tidur, satu ruang tidur utama dan dua ruang tidur untuk tamu. Tanpa di suruh aku harus membiasakan diri untuk tidur di ruang tidur tamu saja. malam itu kami sempat menonton tv bersama, rasanya sangat canggung sekali untuk duduk di dekatnya, kemudian kami sempat mengobrol sekitar 15 menit, awalnya dia yang memulai ” bagaimana kerasan tinggal di sini?” aku hanya menjawab “ sangat bagus, dan aku akan coba untuk betah di sini selama satu tahun ke depan, dan setelah satu tahun kau menceraikan aku, aku akan kembali ke rumah” jawabku sambil tersenyum, dan dia hanya tertunduk, kemudian dia juga menanyakan tentang bayi yang ada dalam kandunganku “ sudah berapa lama umur kandungan mu sekarang?” aku hanya menjawab “ baik-baik saja, sekarang sudah menginjak tiga bulan, sudah malam aku tidur dulu ya, besok aku harus bangun pagi. Dan terima kasih kau mau menikahiku.....”, setelah itu aku langsung pergi ke ruang tidur dan beristirahat, dan ku awali tidurku dengan tangisan kebahagiaan dan tak lupa ucapan syukur “ oh...tuhan terima kasih karena kau memberikan pertolonganmu dengan diberikan ku jodoh walau palsu dan sementara,” kemudian aku tertidur....
Esoknya.... pagi-pagi sekali entah kenapa rasa mual itu menghampiriku, mungkin ini bawaan orang yang sedang ngidam, tapi kalau aku muntah-muntah di kamar mandi yang ada di samping kamar tidurku pasti akan terdengar oleh suamiku dan nantinya ia akan terbangun, sepertinya sebaiknya aku muntah-muntahnya di kamar mandi yang ada di ujung rumah ini saja. Setiap pagi entah kenapa selama satu bulan ini aku muntah-muntah. Tapi walaupun aku kurang sehat tapi aku harus melayani suamiku selayaknya istri sungguhkan, setiap pagi sebelum dia pergi ke kantor aku sudah siapkan sarapan untuknya, bajunya pun aku cucikan dan tak lupa juga aku membereskan rumah ini. Biasanya setelah dia pergi ke kantor aku mulai membuat gorengan untuk aku titipkan di warung dekat rumah, lumayanlah untuk biaya tambahan persalinanku yang mulai mendekat, uang hasil berjualan ini aku bagi dua, sebagian untuk  persalinan, dan sebagian lagi untuk biaya makan ku sehari-hari. Biasanya satu bulan sekali aku menyelipkan uang di saku bajunya yang telah rafih aku setrika, itung- itung untuk mengontrak tinggal di sini. Di rumah kami jarang sekali mengobrol tidak seperti dahulu semasa kuliah sering berdiskusi walau tentang organisasi. Kami berdiskusi hanya lewat pesan yang biasanya di tempel di kulkas atau pintu kamar, ingat pada suatu hari dia menempelkan pesan di kulkas “ ingat jangan terlalu capek, kamu sedang hamil, jaga kandungannya”,, rasanya senang sekali serasa aku memiliki suami yang betulan. Tapi perasaan itu segera aku hilangkan, aku tidak boleh merasa ketergantungan, akhirnya kandunganku semakin hari semakin membesar, pernah pada suatu malam perutku sakit sekali hingga rasanya aku ingin membangunkan suamiku rasanya sebaiknya aku tahan saja sampai besok pagi supaya aku bisa ke bidan, semalaman itu aku tidak bisa tidur hingga jam 3 dini hari aku memaksakan diri untuk berjalan keluar untuk ke rumah bidan yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumahku, sengaja aku berjalan pelan agar suamiku tidak mengetahuinya, pulang dari rumah bidan itu sekitar jam 8 pagi, dan setibanya aku di rumah dia sudah pergi ke kantor, sepertinya dia membereskan rumah dulu sebelum pergi karena rumah sepertinya sudah rafih. Semakin hari perutku semakin sering terasa sakit, mungkin karena sudah mendekati waktu untuk persalinan dalam pikirku, tapi ternyata setelah aku tanyakan ke bidan aku dirujuk untuk di rongsen, hingga akhirnya aku tahu bahwa sakit ini bukan karena aku akan melahirkan tapi karena penyakit usus buntu yang sekarang bersarang di dalam tubuhku, tentu jika ku beri tahu suamiku dia tidak akan mem pedulikan ku, jadi sebaiknya memang tidak usah. Waktu persalinan ku pun tiba, hari itu suamiku seperti biasa kerja, dan aku tidak ingin juga harus merepotkannya, jadi walaupun rasa sakitnya sudah terasa sejak pagi, tapi aku mencoba untuk menahannya, setelah dia pergi ke kantor cepat-cepat aku pergi ke rumah bidan dan aku bersalin di rumah bidan itu, karena usus buntuku belum begitu parah sehingga tidak begitu mengganggu persalinanku,,, persalinanku hanya ditemani oleh bidan dan perawatnya saja, sengaja suamiku tidak ku beri tahu, karena dia pasti tidak akan punya waktu untuk menemaniku. beberapa hari aku menginap di rumah bidan ku karena  menunggu badanku kembali pulih juga buah hati tercinta ku yang ku beri nama putri. Setelah seminggu menginap akhirnya aku kembali ke rumah suamiku, saat itu hari libur jadi dia ada di rumah, aku langsung masuk ke rumah itu sambil uluk salam, dan ternyata ada orang yang menjawab salam ku itu, ternyata suamiku sudah berada di hadapanku dan bertanya “ ke mana saja kamu selama ini? Kenapa saya tidak diberitahukan ketika kamu melahirkan?” dan aku hanya menjawab “ maafkan aku karena pergi dari rumah ini tidak berpamitan dulu kepada kamu, pasti kamu merasa repot tidak ada yang mengurusmu dan rumah ini, sengaja aku tidak memberitahukan mu karena kamu pasti sedang sibuk aku tidak mau merepotkan mu, sudah cukup dengan menikahiku saja kamu aku repotkan sampai sekarang,,,” kemudian dia pun kembali berbicara “Ya sudah tidak perlu di perbincangkan kembali, kamu istirahat saja dahulu, oh ya siapa nama anak ini” lalu ku jawab “ kuberi nama putri ayuniatanti, tenang saja aku tidak akan membuat kamu malu dengan menambahkan nama belakang keluargamu kepada anak ini, dengan kamu menikahiku saja menurutku sudah cukup bagiku kamu menanggung malu selamanya...dan maafkan aku juga mungkin beberapa bulan ke depan tidur lelapmu akan terganggu oleh tangisan anak ku ini...........
beberapa bulan kemudian anak ku sudah menginjak tujuh bulan, jadi dia sudah bisa di ajak bermain, terkadang jika hari libur suamiku sering mengajak main jika aku sedang membersihkan rumah, aku hanya bisa menangis terharu di balik pintu dapur jika melihat ke akrabkan mereka berdua, terima kasih ya allah kau telah ciptakan orang terbaik untuk menolongku.....
tak terasa usia pernikahanku dengan dia sudah lima belas bulan, jadi aku hanya menunggu waktu untuk ia ceraikan........tapi kenapa hari perceraian itu tak kunjung datang, akhirnya aku mencoba memberanikan diri untuk bertanya kepadanya “ mas, kenapa kamu belum menceraikan ku juga padahal sudah lewat satu tahun usia pernikahan palsu kita,,, memangnya kamu tidak ingin mempunyai istri sesungguhnya yang sangat kamu sayangi?” dia hanya menjawab “ nantilah aku pikirkan, sekarang aku masih sibuk.......” sambil ia pergi ke ruang kerjanya....
seperti biasa aku masih sering menjual gorengan di warung-warung, karena itulah penghasilan utama ku untuk mulai menyekolahkan anak ku satu-satunya di TK dan untuk biaya pengobatan usus buntuku yang semakin hari semakin parah, walaupun terkadang untuk uang jajan anakku diberi oleh suamiku. Dia memang orang terbaik dalam hidupku, sudah mau menanggung malu selama hidupnya dengan menikahiku.......akhir-akhir ini suamiku sering pulang malam, “ ah mungkin sekarang dia sudah punya pacar, jadi wajarlah jika sepulang kerja dia mengencani pacarnya dahulu” pikirku. Walau aku merasa cemburu tapi aku tidak pernah menampakkannya di hadapannya, rasa sayang yang sejak semasa kuliah itu muncul sampai sekarang masih kujaga dengan baik, dan aku tidak pernah  berharap untuk mendapatkan balasannya, bagiku kebahagiaannya adalah hal yang paling membuat aku bahagia, walaupun kebahagiaannya itu adalah dengan membuat aku di madu.
memanggilku mamah, kebahagiaan yang tak dapat terlukiskan ketika anakku bisa mengatakannya. Aku sangat menyayanginya walaupun sampai sekarang aku tidak tahu siapa ayah kandungnya, bagiku itu adalah masa lalu, yang terpenting sekarang adalah aku harus mencari uang yang banyak untuk bisa mendidiknya dengan baik.......entah siapa yang mengajarkan tiba-tiba anak ku memanggil suamiku dengan sebutan papah, awalnya aku melarangnya karena takut suamiku marah, tapi dia tetap bersikukuh untuk tetap memanggil papah, akhirnya aku yang mengalah,, jadi setelah itu yang pertama aku lakukan adalah meminta izin kepada suamiku......”mas, maafkan anak ku yang telah lancang memanggilmu dengan sebutan papah, sungguh aku tidak pernah sekalipun mengajarinya, walaupun aku terus melarangnya tapi dia tetap bersikukuh untuk memanggilmu papah, maafkan aku karena aku belum bisa mendidik anak ku dengan baik.”dan dia hanya menjawab “ biarkan saja, namanya juga anak kecil, biarkan dia untuk tidak pernah tahu bahwa aku ini  bukan ayahnya,”,,,,, sungguh dia adalah orang yang sangat baik sekali,oh tuhan jagalah malaikat pelindung ku, dan juga malaikat kecilku putri,,,,,,,,,,,,,
anak ku kini sudah masuk sekolah TK di dekat kompleks rumah, setiap pagi dia selalu pergi diantarkan oleh suami ku karena sekalian pergi ke kantornya yang searah dengan sekolah anak ku, aku hanya bisa miris melihat mereka pergi berdua layaknya pasangan anak dan ayah yang berbahagia, andai ini bukan palsu?... di satu sisi aku tidak ingin di ceraikan oleh suamiku, tapi di lain sisi jika aku tidak di ceraikan kasihan suamiku yang tidak bisa memiliki kehidupan yang asli. Entah bagaimana dengan anakku jika perceraian itu terjadi, sepertinya dia sangat menyayangi suamiku itu..... pernah suatu hari anakku bertanya padaku “ mah, menurut mamah papah baik ga?” kemudian ku jawab “ nak, papah sangat baik sekali sama mamah, dia adalah orang yang paling baik semasa hidup mamah, dia adalah pelindung mamah, dia adalah malaikat mamah, maka nya ade jangan bandel, harus jadi orang yang baik, jangan pernah buat papah marah....”kemudian dia bertanya kembali “ mamah sayang sama papah?” saat itu entah aku harus menjawab apa karena jika dijabarkan rasa sayangku padanya melebihi rasa sayang ku pada diri sendiri, hanya saja perasaanku itu tidak pernah aku ungkapkan...kemudian ku jawab “ tentu mamah sayang sama papah”......kemudian tiba-tiba ada seseorang yang berbicara di belakangku “ papah juga sayang sama mamah”,,,,saat itu ingin rasanya aku menangis tapi coba ku bendung air mata ini dengan kuat, dalam hati ku berbicara ” andai itu adalah pernyataan yang benar pasti akan sangat bahagia diriku ini, tapi sayangnya itu adalah pernyataan palsu hanya agar anak ku bahagia” saat itu aku hanya tersenyum tak memberikan komentar....
akhir-akhir ini aku lebih sering bolak-balik ke rumah sakit karena semakin hari penyakit yang bersarang dalam tubuhku semakin parah, walaupun seperti itu, tapi suamiku tidak pernah ku beri tahu tentang penyakit ku ini, hingga suatu saat aku dan anak ku diajak jalan-jalan ke suatu tempat yang sangat indah, cocok untuk pasangan yang saling mencinta, di sana anak ku sangat senang sekali, aku pun sangat senang di sana, kami di sana layaknya keluarga yang asli, kita berlari-lari, hingga aku kelelahan dan perutku mulai terasa sakit, tapi sengaja aku tidak bilang kepada suamiku, takutnya aku akan merusak kebahagiaannya, tapi mungkin dia merasakan hal yang aneh terhadap diriku hingga sempat ia bertanya “ kamu kenapa?seperti orang yang sedang menahan sakit? Mukamu juga sangat pucat?” dan aku hanya memberi alasan yang palsu “ iya, aku memang sakit perut, tapi mungkin hanya nyeri haid ” kemudian “ oh, Yasuda main lagi saja yuk!” kemudian aku hanya menuruti saja perintahnya, aku mencoba berdiri, awalnya sakitku semakin parah ketika ku mulai menggerakkan tubuhku, kemudian rasa pusing pun mulai menyerangku, dan kemudian aku tidak tahu lagi apa yang terjadi saat itu.......
ketika ku sadarkan diri ternyata aku sudah berada di rumah sakit..........