MALU BELAJAR HIDUP TERSESAT
Pada
suatu hari yang cerah, terlihat seorang wanita paruh baya yang sedang menyusuri
sebuah gedung seperti dalam keadaan bingung, berkali-kali ia melewati beberapa
lorong yang sama dalam gedung itu, dia tetap dalam keadaan bingung seperti
sedang mencari sesuatu.
Tiba-tiba
sepertinya dia memberanikan bertanya kepada salah seorang wanita muda yang ia
temui dalam langkah bingungnya
“neng permisi kalo toilet
sebelah mana ya?” ucap wanita paruh baya itu seperti setengah malu dan ragu
“ itu toilet bu,,, emang ibu ga
bisa baca ya?? kan tulisannya gede banget tuh?” ucap wanita muda yang ia temui
itu dengan pandangan jengkel sambil menunjuk tulisan toilet yang berada tepat
di belakang kepalanya
“ oh iya terima kasih neng”
sahut wanita paruh baya itu sambil terlihat bersedih
Kemudian tak lama setelah wanita
muda itu berjalan pergi, wanita paruh baya itu masuk ke dalam toilet yang
memang sudah ia cari semenjak tadi
Tak
lama setelahnya, wanita paruh baya itu terlihat keluar dari gedung dan
menyusuri jalanan dengan berjalan sambil tetap terngiang-ngiang suara wanita
muda yang ia temui di depan toilet “ga bisa baca ya?” kata-kata itu seakan
sekarang enggan pergi untuk meninggalkan pikiran dari wanita paruh baya itu
Tiba-tiba
saat ia sedang berjalan didepan sekolah dasar, mendadak ia menghentikan
langkahnya ketika melihat segerombolan anak-anak SD yang sedang berjalan menuju
sekolahnya di pagi itu, sesaat ia kembali teringat akan kenangan masa kecilnya
yang enggan berangkat ke sekolah karena memilih untuk bermain dari pada
bersekolah.
“marni.... marni....”teriak
segerombolan anak di depan pagar rumah marni
“marni . . . ayoo sekolah, teman-temanmu sudah menjemput
tuh . . . “ teriak seorang wanita tua
yang tak lain adalah ibunya sendiri dari dalam rumah
“nggak mau bu” teriak marni dari
dalam kamarnya sambil mengunci pintu
Lamunan
wanita paruh baya itu pun terbuyarkan oleh seorang wanita muda berkerudung
sedang membagikan brosur
“ibu ini brosurnya, mungkin ada
tetangga ibu yang anaknya tidak bisa membaca atau menulis bisa mengikuti dalam
kegiatan kami, kami insaallah akan membantu mereka secara gratis” ucap wanita
muda itu dengan senyum hormatnya
“emh . . . neng ibu mau tanya?
Boleh?”ucap wanita paruh baya itu seperti ragu untuk mengucapkannya
“owh silahkan bu, kami juga
mencantumkan nomor telepon kami di sini jika ada yang masih bingung, jangan
cemas soal biaya bu, kami gratis bu” jawab wanita muda itu cepat
“owh bukan masalah itu neng,
gini, kalau misalnya ibu boleh ikut tidak neng? Ibu teh ga bisa baca, malu jadi
orang buta huruf teh neng, hidup teh serasa tersesat” ucap ibu itu setengah
sedih
“wah boleh sekali bu, , , kalau
misalnya ibu ada waktu, ibu bisa menghubungi saya, ini nomor telepon saya”
jawab wanita muda itu sambil menuliskan nomor teleponnya di belakang brosur
yang ia berikan kepada wanita paruh baya itu
“terima kasih ya neng, pasti ibu
akan menghubungi” jawab wanita paruh baya itu dengan sumringah seperti
menemukan titik terang
“iya sama-sama bu, maaf ya bu
saya harus pergi dulu” ucap wanita itu seperti berpamitan
“iya neng silahkan” jawab wanita
paruh baya itu sambil mempersilahkan
Beberapa
waktu kemudian . . .
Tet
tet tet tetttt tett tett . .. terdengar
dering ponsel yang terletak di atas meja di depan seorang wanita muda, tak lama
wanita muda itu menyentuh tombol jawab pada ponsel yang berdering tadi
“hallo assalamu’alaikum” ucap
wanita muda itu pada ponsel yang sekarang sudah ia dekatkan ke dekat telinga
sebelah kanannya
“wa’alaikum salam” jawab seorang
wanita di seberang sana
“maaf ini sengan siapa ya” ucap
wanita muda itu masih dengan hormatnya
“ini dengan ibu marni, yang neng
mita temui dua hari yang lalu di depan SD, maaf neng ibu mengganggu tidak ya
kalau nelpon sekarang?”
“oh ngga ko bu”
“neng kalo ibu mau mulai belajar
membaca nya besok neng bisa tidak? Apakah ada waktu? “ ucap ibu marni itu
dengan hati-hati seakan takut mengganggu jadwal kuliahnya wanita muda itu
“oh besok bisa sekali bu, tapi
sore gapapa bu? Soalnya kalo pagi saya harus kuliah? “
“Oh iya ga apapa neng, tempatnya
terserah neng aja“
“kalo di kosan saya gimana bu?
Tempatnya di . . . .”
“oh iya neng, ibu tau tempat
kos-kosan itu, terima kasih ya neng sebelumnya, wasalamualaikum”
“iya sama-sama bu, wa’alaikum
salam”
Kemudian
wanita muda itu pun kembali meletakkan ponselnya diatas meja disamping
setumpukan buku yang berada di depannya setelah ia mengucapkan salam yang yang
diikuti dengan menutup ponselnya
Keesokan
harinya . . .
Terlihat
seorang wanita paruh baya yang sedang berdiri di depan sebuah rumah kos-kosan
berwarna cokelat
“Assalamualaikum” ucap wanita
paruh baya itu
“wa’alaikum salam” jawab suara
dari seorang wanita di dalam salah satu kamar kos-kosan
Tak lama setelah itu keluarlah
seorang wanita muda yang tak lain bernama mita dari salah satu kamar kos-kosan
itu yang sudah lengkap menggunakan pakainnya
“ibu maaf ya saya tadi lama
membukakan pintunya, soalnya saya tadi sedang memakai kerudung dulu” sambil
mempersilahkan ibu paruh baya yang tak lain bernama ibu marni itu masuk ke
dalam kamar kos-kosannya yang luasnya tak lebih dari 3mx3m
“iya ga apa-apa neng . . .”
“yauda mari kita mulai saja ya
bu, lebih cepat lebih baik” sambil wanita muda itu mulai membereskan papan
schdule Board yang akan di gunakan untuk papan tulisnya
“iya neng” jawab ibu marni
dengan semangat sambil ia pun mulai mengeluarkan buku tulis dan alat tulis dari
dalam tasnya
“mari bu, yang pertama adalah
kita harus mengenal dulu huruf-huruf alfabet nya, yang ini A, ini B, ini C . .
. “ wanita muda itu menjelaskan dengan semangat
“A , B, C, D, . . . “ ucap ibu marni
itu bersahut sahutan dengan suara wanita muda itu tak kalah semangatnya untuk
mengikuti pelajaran membacanya
Belajar
membaca itu pun tak berhenti pada satu hari itu saja,,, tetapi pada hari-hari
berikutnya yang selalu mengalami peningkatan
Beberapa
waktu kemudian akhirnya ibu marni pun sudah lancar membaca . . .
Beberapa
waktu kemudian terlihat seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu
marni akan memasuki sebuah gedung, wanita itu terlihat berjalan menuju ujung
dari salah satu gedung itu kemudian ia berhenti dan tersenyum tepat di depan
sebuah pintu yang bertuliskan “TOILET” seakan ia mengenang suatu kejadian yang
membahagiakan, kemudian ia memasuki toilet itu, dan tak lama ia pun keluar dan
memergoki seorang ibu-ibu yang sepertinya linglung mencari sesuatu
“maaf,
kalo toilet sebelah mana ya?” ucap wanita yang yang sedang linglung itu di
depan sebuah pintu yang di depannya bertuliskan “TOILET”
******end*******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar