Senin, 07 Januari 2013

Narasi cerita


MALU BELAJAR HIDUP TERSESAT

Pada suatu hari yang cerah, terlihat seorang wanita paruh baya yang sedang menyusuri sebuah gedung seperti dalam keadaan bingung, berkali-kali ia melewati beberapa lorong yang sama dalam gedung itu, dia tetap dalam keadaan bingung seperti sedang mencari sesuatu.
Tiba-tiba sepertinya dia memberanikan bertanya kepada salah seorang wanita muda yang ia temui dalam langkah bingungnya
“neng permisi kalo toilet sebelah mana ya?” ucap wanita paruh baya itu seperti setengah malu dan ragu
“ itu toilet bu,,, emang ibu ga bisa baca ya?? kan tulisannya gede banget tuh?” ucap wanita muda yang ia temui itu dengan pandangan jengkel sambil menunjuk tulisan toilet yang berada tepat di belakang kepalanya
“ oh iya terima kasih neng” sahut wanita paruh baya itu sambil terlihat bersedih
Kemudian tak lama setelah wanita muda itu berjalan pergi, wanita paruh baya itu masuk ke dalam toilet yang memang sudah ia cari semenjak tadi

Tak lama setelahnya, wanita paruh baya itu terlihat keluar dari gedung dan menyusuri jalanan dengan berjalan sambil tetap terngiang-ngiang suara wanita muda yang ia temui di depan toilet “ga bisa baca ya?” kata-kata itu seakan sekarang enggan pergi untuk meninggalkan pikiran dari wanita paruh baya itu
Tiba-tiba saat ia sedang berjalan didepan sekolah dasar, mendadak ia menghentikan langkahnya ketika melihat segerombolan anak-anak SD yang sedang berjalan menuju sekolahnya di pagi itu, sesaat ia kembali teringat akan kenangan masa kecilnya yang enggan berangkat ke sekolah karena memilih untuk bermain dari pada bersekolah.
“marni.... marni....”teriak segerombolan anak di depan pagar rumah marni
“marni . . .  ayoo sekolah, teman-temanmu sudah menjemput tuh  . . . “ teriak seorang wanita tua yang tak lain adalah ibunya sendiri dari dalam rumah
“nggak mau bu” teriak marni dari dalam kamarnya sambil mengunci pintu

Lamunan wanita paruh baya itu pun terbuyarkan oleh seorang wanita muda berkerudung sedang membagikan brosur
“ibu ini brosurnya, mungkin ada tetangga ibu yang anaknya tidak bisa membaca atau menulis bisa mengikuti dalam kegiatan kami, kami insaallah akan membantu mereka secara gratis” ucap wanita muda itu dengan senyum hormatnya
“emh . . . neng ibu mau tanya? Boleh?”ucap wanita paruh baya itu seperti ragu untuk mengucapkannya
“owh silahkan bu, kami juga mencantumkan nomor telepon kami di sini jika ada yang masih bingung, jangan cemas soal biaya bu, kami gratis bu” jawab wanita muda itu cepat
“owh bukan masalah itu neng, gini, kalau misalnya ibu boleh ikut tidak neng? Ibu teh ga bisa baca, malu jadi orang buta huruf teh neng, hidup teh serasa tersesat” ucap ibu itu setengah sedih
“wah boleh sekali bu, , , kalau misalnya ibu ada waktu, ibu bisa menghubungi saya, ini nomor telepon saya” jawab wanita muda itu sambil menuliskan nomor teleponnya di belakang brosur yang ia berikan kepada wanita paruh baya itu
“terima kasih ya neng, pasti ibu akan menghubungi” jawab wanita paruh baya itu dengan sumringah seperti menemukan titik terang
“iya sama-sama bu, maaf ya bu saya harus pergi dulu” ucap wanita itu seperti berpamitan
“iya neng silahkan” jawab wanita paruh baya itu sambil mempersilahkan

Beberapa waktu kemudian . . .

Tet tet tet tetttt tett tett . ..  terdengar dering ponsel yang terletak di atas meja di depan seorang wanita muda, tak lama wanita muda itu menyentuh tombol jawab pada ponsel yang berdering tadi
“hallo assalamu’alaikum” ucap wanita muda itu pada ponsel yang sekarang sudah ia dekatkan ke dekat telinga sebelah kanannya
“wa’alaikum salam” jawab seorang wanita di seberang sana
“maaf ini sengan siapa ya” ucap wanita muda itu masih dengan hormatnya
“ini dengan ibu marni, yang neng mita temui dua hari yang lalu di depan SD, maaf neng ibu mengganggu tidak ya kalau nelpon sekarang?”
“oh ngga ko bu”
“neng kalo ibu mau mulai belajar membaca nya besok neng bisa tidak? Apakah ada waktu? “ ucap ibu marni itu dengan hati-hati seakan takut mengganggu jadwal kuliahnya wanita muda itu
“oh besok bisa sekali bu, tapi sore gapapa bu? Soalnya kalo pagi saya harus kuliah? “
“Oh iya ga apapa neng, tempatnya terserah neng aja“
“kalo di kosan saya gimana bu? Tempatnya di . . . .”
“oh iya neng, ibu tau tempat kos-kosan itu, terima kasih ya neng sebelumnya, wasalamualaikum”
“iya sama-sama bu, wa’alaikum salam”
Kemudian wanita muda itu pun kembali meletakkan ponselnya diatas meja disamping setumpukan buku yang berada di depannya setelah ia mengucapkan salam yang yang diikuti dengan menutup ponselnya

Keesokan harinya .  . .

Terlihat seorang wanita paruh baya yang sedang berdiri di depan sebuah rumah kos-kosan berwarna cokelat
“Assalamualaikum” ucap wanita paruh baya itu
“wa’alaikum salam” jawab suara dari seorang wanita di dalam salah satu kamar kos-kosan
Tak lama setelah itu keluarlah seorang wanita muda yang tak lain bernama mita dari salah satu kamar kos-kosan itu yang sudah lengkap menggunakan pakainnya
“ibu maaf ya saya tadi lama membukakan pintunya, soalnya saya tadi sedang memakai kerudung dulu” sambil mempersilahkan ibu paruh baya yang tak lain bernama ibu marni itu masuk ke dalam kamar kos-kosannya yang luasnya tak lebih dari 3mx3m
“iya ga apa-apa neng . . .”
“yauda mari kita mulai saja ya bu, lebih cepat lebih baik” sambil wanita muda itu mulai membereskan papan schdule Board yang akan di gunakan untuk papan tulisnya
“iya neng” jawab ibu marni dengan semangat sambil ia pun mulai mengeluarkan buku tulis dan alat tulis dari dalam tasnya
“mari bu, yang pertama adalah kita harus mengenal dulu huruf-huruf alfabet nya, yang ini A, ini B, ini C . . . “ wanita muda itu menjelaskan dengan semangat
“A , B, C, D, . . . “ ucap ibu marni itu bersahut sahutan dengan suara wanita muda itu tak kalah semangatnya untuk mengikuti pelajaran membacanya

Belajar membaca itu pun tak berhenti pada satu hari itu saja,,, tetapi pada hari-hari berikutnya yang selalu mengalami peningkatan

Beberapa waktu kemudian akhirnya ibu marni pun sudah lancar membaca . . .

Beberapa waktu kemudian terlihat seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu marni akan memasuki sebuah gedung, wanita itu terlihat berjalan menuju ujung dari salah satu gedung itu kemudian ia berhenti dan tersenyum tepat di depan sebuah pintu yang bertuliskan “TOILET” seakan ia mengenang suatu kejadian yang membahagiakan, kemudian ia memasuki toilet itu, dan tak lama ia pun keluar dan memergoki seorang ibu-ibu yang sepertinya linglung mencari sesuatu
“maaf, kalo toilet sebelah mana ya?” ucap wanita yang yang sedang linglung itu di depan sebuah pintu yang di depannya bertuliskan “TOILET”

******end*******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar