Hari ini saya pergi ke
sekolah tempat dulu saya PPL, bertemu murid-murid yang dulu pernah saya ajar,
pernah mengisi part -part hidup saya meskipun hanya sebentar, tapi mereka
adalah guru bagi saya, dari mereka saya belajar untuk mengendalikan diri,
bersabar, dan berguru. Mereka menganggap saya adalah guru, dan bagi saya mereka
juga adalah guru. Mereka telah menjadi guru tanpa mereka sadari, ya itulah
mereka, murid-muridku tercinta....
Kali ini saya datang
ketika sedang waktu istirahat di sekolah, baru masuk gerbang sekolah mereka
sudah mulai cium tangan dan menyapa, rasanya itu bahagia sekali ketika di ingat
oleh para murid meskipun saya hanya pernah mengajar sebentar, saya pikir karena
image saya di mata para murid ini adalah
guru yang galak mereka akan cepat melupakan saya dan langsung bahagia ketika
saya sudah tidak mengajar lagi, namun mereka masih ingat dan mengatakan rindu
pada saya untuk mengajar lagi, rasanya itu luar biasa...
Sejujurnya saya tidak
ingin image menjadi guru galak melekat pada saya, sungguh saya menginginkan
saya menjadi orang baik, mungkin karena saya orang yang tidak sabar, dan orang
tua saya mendidik dengan keras sehingga cara saya mendidik mereka juga terbawa
menjadi keras. Biasanya ketika setelah saya sedikit marah di kelas saya akan
merasa menyesali apa yang saya lakukan. Saya yang lepas kontrol karena emosi
dan akhirnya kesabaran saya jebol. Setiap saat saya ingin sekali menjadi guru
yang baik.
“bu nama saya siapa
hayoo?” seorang siswa laki-laki memberikan pertanyaan kepada saya di sela-sela
kerumunan para siswa lainnya yang bercium tangan
“aduh siapa ya? lupa
ibu” aku jawab dengan jujur, karena memang saya lupa namanya, padahal jelas
sekali saya ingat murid ini, karena murid ini pernah membacakan puisi untuk saya
“ah ibu mah gitu! Ayo bu
dari R” anak ini tetap ngotot sambil terus memegang tangan saya
“bentar lupa, di
inget, inget dulu ya?”
Setelah beberapa saat
“ramdan ya?” tanya
saya yakin
“iya bu,,, akhirnya
ibu inget juga” kemudian anak itu tak lama pergi, walaupun masih menyisakan
sedikit kecewa.
Dari situ saya tau
bahwa mereka juga sama sepertiku, mereka ingin di ingat oleh saya. Ada rasa
bahagia pada diri saya juga sejujurnya, saya juga menyesal melupakan namamu nak.
Setelah kepentingan
saya dengan pihak sekolah telah selesai, kami pun berpamitan dan langsung
berjalan ke parkiran untuk mengambil kendaraan. Ketika saya sedang memakai helm
dan jaket tiba-tiba ada murid saya yang menghampiri lagi
“ibuu....bu ga ngajar
lagi di sini?”
“ngga, ibu Cuma mau
penelitian”
“bu, nama saya siapa hayo?
Ibu masih ingat ga?” tampak anak ini mengkhawatirkan jawaban saya, kali ini say
tidak akan mengecewakan mereka lagi dengan jawaban saya, sejujurnya saya lupa
namanya, tapi kalau wajahnya saya tidak bisa melupakan mereka, bagaimana caranya
supaya saya tidak mengecewakan mereka lagi, kali ini saya tiba-tiba melihat
nama yang tertulis di bajunya.
“ah ibu ingat dong,
rosyid kan?” kata aku pura-pura jujur benar-benar mengingat nama mereka
“wah ibu hebat masih
inget sama saya, seneng deh” dengan tampang yang sumringah, dan mereka juga
pergi
Dalam hati kini aku
tersadar, membuat orang bahagia itu simple, tidak perlu memberikan
bermacam-macam hadiah karena dengan mengingatnya pun mereka sudah bahagia. Lain
kali saya pasti akan benar-benar jujur untuk mengingat nama mereka...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar