Kamis, 14 November 2013

Just remembeR



Hari ini saya pergi ke sekolah tempat dulu saya PPL, bertemu murid-murid yang dulu pernah saya ajar, pernah mengisi part -part hidup saya meskipun hanya sebentar, tapi mereka adalah guru bagi saya, dari mereka saya belajar untuk mengendalikan diri, bersabar, dan berguru. Mereka menganggap saya adalah guru, dan bagi saya mereka juga adalah guru. Mereka telah menjadi guru tanpa mereka sadari, ya itulah mereka, murid-muridku tercinta....
Kali ini saya datang ketika sedang waktu istirahat di sekolah, baru masuk gerbang sekolah mereka sudah mulai cium tangan dan menyapa, rasanya itu bahagia sekali ketika di ingat oleh para murid meskipun saya hanya pernah mengajar sebentar, saya pikir karena  image saya di mata para murid ini adalah guru yang galak mereka akan cepat melupakan saya dan langsung bahagia ketika saya sudah tidak mengajar lagi, namun mereka masih ingat dan mengatakan rindu pada saya untuk mengajar lagi, rasanya itu luar biasa...
Sejujurnya saya tidak ingin image menjadi guru galak melekat pada saya, sungguh saya menginginkan saya menjadi orang baik, mungkin karena saya orang yang tidak sabar, dan orang tua saya mendidik dengan keras sehingga cara saya mendidik mereka juga terbawa menjadi keras. Biasanya ketika setelah saya sedikit marah di kelas saya akan merasa menyesali apa yang saya lakukan. Saya yang lepas kontrol karena emosi dan akhirnya kesabaran saya jebol. Setiap saat saya ingin sekali menjadi guru yang baik.
“bu nama saya siapa hayoo?” seorang siswa laki-laki memberikan pertanyaan kepada saya di sela-sela kerumunan para siswa lainnya yang bercium tangan
“aduh siapa ya? lupa ibu” aku jawab dengan jujur, karena memang saya lupa namanya, padahal jelas sekali saya ingat murid ini, karena murid ini pernah membacakan puisi untuk saya
“ah ibu mah gitu! Ayo bu dari R” anak ini tetap ngotot sambil terus memegang tangan saya
“bentar lupa, di inget, inget dulu ya?”
Setelah beberapa saat
“ramdan ya?” tanya saya yakin
“iya bu,,, akhirnya ibu inget juga” kemudian anak itu tak lama pergi, walaupun masih menyisakan sedikit kecewa.
Dari situ saya tau bahwa mereka juga sama sepertiku, mereka ingin di ingat oleh saya. Ada rasa bahagia pada diri saya juga sejujurnya, saya juga menyesal melupakan  namamu nak.

Setelah kepentingan saya dengan pihak sekolah telah selesai, kami pun berpamitan dan langsung berjalan ke parkiran untuk mengambil kendaraan. Ketika saya sedang memakai helm dan jaket tiba-tiba ada murid saya yang menghampiri lagi
“ibuu....bu ga ngajar lagi di sini?”
“ngga, ibu Cuma mau penelitian”
“bu, nama saya siapa hayo? Ibu masih ingat ga?” tampak anak ini mengkhawatirkan jawaban saya, kali ini say tidak akan mengecewakan mereka lagi dengan jawaban saya, sejujurnya saya lupa namanya, tapi kalau wajahnya saya tidak bisa melupakan mereka, bagaimana caranya supaya saya tidak mengecewakan mereka lagi, kali ini saya tiba-tiba melihat nama yang tertulis di bajunya.
“ah ibu ingat dong, rosyid kan?” kata aku pura-pura jujur benar-benar mengingat nama mereka
“wah ibu hebat masih inget sama saya, seneng deh” dengan tampang yang sumringah, dan mereka juga pergi
Dalam hati kini aku tersadar, membuat orang bahagia itu simple, tidak perlu memberikan bermacam-macam hadiah karena dengan mengingatnya pun mereka sudah bahagia. Lain kali saya pasti akan benar-benar jujur untuk mengingat nama mereka...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar