
“Mas, biasa
ya!” ucap Farah melambaikan tangan seperti biasa memesan satu buah muffin dengan
satu gelas Coffee late.
Farah selalu
datang setiap hari ke cafe ini pada jam 11 lewat 5 menit, kecuali pada hari
senin dia akan datang pada jam dua siang. Farah adalah seorang wanita yang
kira-kira berusia pertengahan dua puluhan. Dia selalu duduk di pojok kafe
menghadapi laptopnya berjam-jam dengan di temani bergelas-gelas Coffee, ketika
menghadapi laptopnya kadang ia hanya berekspresi seperti hanya diam merenung,
kadang sangat serius seperti berpikir keras memikirkan kemacetan di kota ini,
atau bahkan ia sangat ceria diselingi senyuman yang manis semanis muffin.
“Wah, mas
pegawai baru ya?” Farah menyapa waitress yang sedang meletakkan pesanan di
mejanya. Farah memang gadis yang ramah, pada siapapun ia akan mudah akrab,
apalagi pada pegawai cafe yang sudah dua tahun ia kunjungi setiap hari.
Waitress nya hanya tersenyum saja menanggapi.
“Lho mas, ko
pake acara dikasih bunga mawar juga sih?” tanya Farah yang merasa aneh
tiba-tiba mendapatkan bunga mawar di samping gelas Coffee nya padahal ia tidak
memesannya.
“Saya hanya di
beri titipan saja mba sama seorang laki-laki yang tadi menghampiri saya.” Jelas
waitress itu dengan tampang wajah jujur.
“Oh iya terima
kasih.”
Walaupun Farah
masih bingung terhadap siapa laki-laki yang tiba-tiba memberinya bunga mawar
ini tapi Farah tetap mengambilnya karena Farah memang menyukai bunga, bunga
apapun itu.
*****
Sudah seminggu
ini Farah selalu mendapatkan setangkai mawar di samping Coffee latenya. Walau
bagaimanapun rasa penasaran itu hinggap dalam diri Farah. Farah mencoba
menebak-nebak siapa kira-kira yang memberikan mawar itu kepadanya, namun tak
satu pun nama muncul dalam otaknya. Farah benci merasakan rasa penasaran
seperti ini. Ia akan menyelidiki siapa sebenarnya yang memberikan bunga mawar
itu kepadanya. Bagaimana caranya? Itu urusan nanti pikir Farah.
Secara
kebetulan Farah melirik sekeliling kursi-kursi dalam kafe itu dan dilihatnya seorang
pria dengan setelan jas mahalnya duduk di sudut kafe itu seperti gelisah menanti
sebuah keputusan. Farah sedikit mengingat bahwa semenjak seminggu yang lalu
pria itu pun selalu ada, dan dia selalu duduk di sudut kafe itu.
“Mungkinkah
pengagum rahasia itu adalah lelaki itu? tapi apa mungkin?” tanya Farah kepada
dirinya sendiri. Farah menatap pria itu untuk memperkirakan kemungkinan yang
ada. Tiba-tiba pria itu menengok menatap ke mata Farah langsung. Dan karena
Farah merasa kaget bahwa tatapan mengintipnya ketahuan ia pun segera tersenyum
ramah kepada pria itu yang di balas dengan senyuman yang manis juga. Jadi
mungkinkah itu dia?
*****
Seperti hari
biasanya Farah datang bersama jinjingan laptopnya dan duduk di meja kemudian
memesan pesanannya. Dan selama seminggu ini yang selalu melayaninya adalah
waitress baru itu.
“Silahkan
dinikmati mbak.”ucapnya sopan setelah meletakkan mawar di mejaku.
“Mas siapa
namanya? Sudah seminggu bertemu ko saya belum tahu nama mas.” Tanya Farah ramah
sambil menyodorkan tangannya untuk berkenalan. Farah memang selalu berkenalan
dengan semua waitress yang baru di kafe
ini.
“Nama
saya...emh...” ucap waitress itu gerogi, kemudian terhenti karena pertanyaan
Farah lagi
“Mas ko gerogi
gitu? Masa nama sendiri lupa?”
“Nama saya
Haris mbak.” Jawabnya kini lebih tegas.
Setelah mereka
berdua berkenalan mereka melanjutkan kesibukannya masing-masing. Farah yang
kembali berkutat dengan laptopnya dan Haris yang kembali masuk ke dapur kafe
itu.
Sudah satu jam
tak terasa Farah duduk di kafe itu berkonsentrasi pada laptopnya. Diliriknya
jam dinding yang berada di tengah cafe itu yang sudah menunjukkan jam 12. Tak
sengaja matanya melirik ke kursi yang di pojok ruangan itu, dan di sana duduk
seorang pria yang semenjak seminggu yang lalu juga duduk di sana. Di tatapnya
pria itu oleh Farah kemudian pria itu pun menatap Farah dan tersenyum seperti
kemarin. Farah merasa ia harus menyelidiki apakah pria ini atau bukan yang
selalu mengirim bunga padanya. Farah pun memberanikan diri berdiri dan berjalan
mendekati meja pria itu. sesampainya di depan meja pria bersetelan mahal itu
Farah pun tersenyum ramah pada pria itu dan kemudian menyodorkan tangannya.
“Hai, saya
Farah, saya selalu duduk di meja itu setiap hari.” Ucap Farah sambil menunjuk
meja yang selalu ia duduki.
“Hai, saya
Niko.” Jawab pria itu tegas sambil menyodorkan tangannya untuk menjabat tangan
Farah.
Kemudian Niko
pun mempersilakan Farah duduk di hadapannya.
“Saya lihat
juga kamu selalu duduk di sana setiap hari semenjak saya selalu datang ke kafe
ini dan saya lihat kamu selalu duduk menekuni laptopmu, apa yang kamu
kerjakan?” Niko memulai pembicaraan dengan bertanya kepada Farah terlebih
dahulu.
“Aku seorang
penulis. Kafe ini bagus sekali untuk datangnya sumber inspirasi bagi saya.
Kalau kamu?” Farah bertanya balik kepada pria itu.
“Hmmhh....”
Niko itu hanya tersenyum sambil meminum jus yang berada di depannya. Kemudian
melanjutkan perkataannya.
“Saya sedang
menunggu seorang wanita untuk mengatakan semua kejujuran saya kepadanya. Dan
saya harus menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya.” Jawabannya tegas
penuh makna bagi Farah sang penulis ini.
*****
Hari sudah
malam. Bulan bersinar terang seterang senyum yang dikulum oleh pria yang kini
sedang duduk di singgasana rumahnya yang megah. Bertangkai-tangkai mawar
menghiasi setiap sudut rumahnya. Awalnya ia tidak menyukai mawar, atau lebih
lepatnya ia tidak begitu menyukai bunga karena ia bukanlah seorang pria yang
diciptakan untuk bersikap romantis. Tapi semenjak ia mengetahui bahwa wanita
yang dicintainya merupakan pengagum bunga, maka hidupnya kini berubah menjadi
ikut menyukai bunga.
“Akhirnya
perjuanganku selama ini berbuahkan hasil juga.” Ucap pria itu dengan bangga
kepada dirinya sendiri.
“Hari ini
akhirnya aku berkenalan dengannya, bukan aku yang mengajaknya berkenalan
terlebih dahulu, tapi Farah sendiri yang lebih dulu menyodorkan lengan halusnya
untuk berkenalan denganku.” Ucapnya masih terus membanggakan dirinya sambil
menggenggam gelas yang berisi minuman berwarna merah itu di tangannya.
“Aku mulai
mencintai bunga karena mu, aku mencintai muffin itu karena mu. dan terpenting aku menjadi lebih
mencintai hidupku, dan itu semua karena mu.”
“Aku akan
mengatakan semua kejujuranku kepada mu Farah. Bahwa akulah pengagum rahasiamu
selama ini.” Ucap laki-laki itu penuh janji.
*****
Matahari belum
muncul di ufuk timur, tapi Farah sudah siap dengan pakaian lengkap bepergiannya
dan tak lupa tas jinjingnya yang berisi laptop telah tersampir di pundaknya.
Setelah berpikir bermalam-malam Farah harus menyelesaikan rasa penasarannya
untuk menemukan titik temu. Dalam kepalanya Farah sudah menemukan perkiraan
orang yang dicurigai yang menjadi pengagum rahasianya selama ini.
Semenjak pagi
buta Farah keluar dari rumah, memantau kegiatan orang yang Farah pikir cukup
memenuhi kecurigaannya selama ini. selama seharian penuh Farah terus mengikuti
orang yang dicurigainya itu untuk lebih meyakinkan dirinya. Kini sudah
menjelang malam dan Farah baru pulang. Benar saja, penyelidikannya tidak
sia-sia. Kecurigaannya mengerucut kesatu orang.
*****
Seperti
hari-hari biasanya Farah datang ke kafe itu jam 11 lewat 5 menit. Namun hari
ini ada tujuan yang berbeda dari hari-hari biasanya. Farah ingin memastikan
kecurigaannya selama ini dan menanyakannya langsung kepada pria ini. Farah
yakin bahwa hari ini, pria itu akan berada di kafe seperti seminggu Minggu
belakangan ini.
Farah duduk di
kursi favoritnya. Dilihatnya ke sekeliling dan di lihatnya Niko sudah duduk
menghadapi secangkir kopi dan sebuah muffin di mejanya. Farah memberikan senyuman kepada Niko dengan
ramah dan Niko pun tersenyum ramah sambil menaikkan gelas kopinya.
Tak berapa
lama waitress yang selalu melayaninya akhir-akhir ini datang membawakan
pesanannya. Farah masih terus berpikir tentang cara untuk mengungkapkan siapa
pengagum rahasianya selama ini. Farah yakin ia harus mengungkap rasa
penasarannya sekarang, namun Farah masih belum memiliki rencana bagaimana cara membongkar
kedok pengagum rahasianya ini agar menakjubkan.
Dan ide itu
pun tiba-tiba muncul, Farah harus bergerak sekarang...
*****
“Mas bolehkah
saya pinjam ponselnya?” tanya Farah setelah waitress itu meletakkan Coffee
latenya di samping kue muffin dan tak lupa waitress itu meletakkan bunga
mawarnya dengan hati-hati.
“ Saya lupa
menyimpan ponsel saya di mana, jadi mau mencoba sedikit menghubunginya mungkin
bisa membantu menemukannya, soalnya saya butuh ponsel saya sekarang.” Jelas
Farah kepada waitress yang mengaku bernama Haris itu karena waitress itu masih
saja diam tertegun melongo.
“Oh iya silahkan
mbak.” Jawab waitress itu sambil menyodorkan ponsel canggihnya pada Farah.
Kemudian Farah
memijit nomor ponselnya sendiri pada ponsel waitress itu. tak lama terdengar
bunyi lagu favorit Farah dari dalam tasnya, yang artinya ponsel Farah ada di
sana, setelah ponsel Farah ditemukan di dalam tas nya, Farah mengembalikan
ponsel waitress tadi.
“Terima kasih
ya.” ucap Farah sopan
“Sama-sama
mbak.” Jawab waitress itu tak kalah sopan dengan Farah. Dan kemudian ia
membalikkan badannya setelah yakin Farah tidak memesan pesanan yang lainnya.
Baru saja dua
langkah waitress itu melangkah dari meja Farah terdengar bunyi ponsel waitress
itu dalam kantongnya. Dilihatnya dari nomor tak dikenal, kemudian diangkatnya
telepon itu.
“Hallo?”
terdengar suara perempuan dari telepon seberangnya.
“Hallo, ini
siapa?” Jawab waitress itu dengan tegas. Namun sekejap ia terdiam seperti
mengenali suara yang berada dalam telepon itu.
“Terima kasih
untuk setiap mawar yang selalu kau antarkan langsung ke mejaku setiap hari Mr. Pradipta ”
Sekejap
waitress itu membalikkan badannya dan bertemu dengan tatapan mata Farah yang
sedang tersenyum dan sama dengannya sedang memegang ponsel juga di telinganya.
“Bukankah benar
kau adalah Mr. Pradipta sang pemilik cafe ini alias Haris sang waitress yang
sangat sopan itu?” Farah masih berbicara kepada ponselnya meskipun kini mereka
sudah saling bertatapan. Melihat orang yang berada di depannya ini terkaget dan
tiba-tiba tersenyum Farah berpikir bahwa perkiraannya tidak meleset. Ya, sang
pengagum rahasia itu adalah Mr. Heikal Pradipta sang pemilik cafe yang setiap
hari Farah singgahi, yang akhir-akhir
ini selalu menyamar menjadi waitress yang bernama Haris.
***
end***
Cerita
ini hanya karangan semata, jika ada kesamaan tokoh, nama dan tempat. mungkin
itu hanya perasaan mas atau mbaknya saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar