Kita sudah
hidup bersama semenjak tiga tahun yang lalu, semenjak aku putus dengan pacarku
karena dia selingkuh di depan mataku sendiri. Semenjak itu aku dengan Gerald
tak bisa dipisahkan. Meskipun orang tuaku awalnya tidak setuju ketika membawa
Gerald pulang ke rumahku apalagi ketika kami memutuskan untuk hidup bersama
dalam satu kamar tidur. Ibuku langsung memarahiku, tapi aku tetap pada
pendirianku.
Seiring
berjalannya waktu, mungkin melihat tingkah laku Gerald yang baik dan sopan
kepadaku maupun kepada keluargaku yang lainnya, ibuku akhirnya setuju Gerald
tinggal bersamaku. Ibuku hanya selalu memberikan nasihatnya untuk selalu
berhati-hati pada Gerald.
“Tania,
hati-hati, ibu merasa Gerald tidak baik untukmu.”
Selalu seperti
itu nasihat ibuku. Tapi aku hanya menanggapinya dengan anggukkan kepala sambil
menaikkan kedua alisku ke atas dan ngeloyor pergi menghindari ibuku untuk
ceramah lebih panjang lagi. Aku sudah merasa tak dapat di pisahkan dengan
Gerald. Aku benar-benar mencintainya, setiap malam kita tidur bersama dalam
satu ranjang besar dalam kamarku, dan tentu satu selimut juga, dan tak lupa
ciuman beserta pelukan dari Gerald yang selalu akan mengantarku ke alam mimpi.
Seperti itulah
kehidupanku selama ini. Setiap aku pulang ke rumah Gerald selalu menyambutku
dengan senyuman di depan pintu, dan tentu setelah itu kami berpelukan lama
sekali. Meskipun aku hanya terpisahkan dengan Gerald selama 10 jam setiap
harinya karena aku harus bekerja di kantor tapi setiap kali aku pulang kerja
kami selalu berpelukan melepas rindu seperti tak bertemu dengannya selama satu
tahun. Aku sangat mencintai Gerald, dan aku yakin Gerald pun mencintaiku.
*****
Seperti inilah
hubungan yang tidak di setujui oleh orang tuaku. Meskipun ibuku sudah
membiarkan Gerald tinggal bersamaku tapi ibuku masih saja membawa teman-teman
arisannya ke rumah untuk menggoda Gerald dan berharap Gerald mau meninggalkan
aku. Tapi tentu saja Gerald tak pernah berpaling dari ku. Meskipun
perempuan-perempuan itu menjanjikan segala hal padanya tapi Gerald masih setia
dalam pelukanku.
“Tania, Gerald
nya buat tante saja ya, manis banget sih.” Ucap tante itu sambil mendekati
Gerald yang sedang duduk di sampingku di ruang tv.
“Ngga boleh
tante, Gerald hanya milik Tania seorang.” Aku membela diriku sendiri sambil
mengusap-ngusap kepala Gerald dengan lembut.
“Ayo Gerald
mau ya tinggal sama tante, nanti tante buatkan rumah yang besar untuk Gerald.”
Rayu tante Sita Sambil mengusap-ngusap tangan Gerald.
‘dasar tante girang’pikirku.
Mendengar
rayuan itu Gerald hanya melihat tajam mataku seperti memikirkan sesuatu.
“Oh tidak Gerald! Apa kamu mau meninggalkanku
hanya karena rayuan rumah besar?” ucapku terkesiap. Melihat aku yang sedikit
panik tante Sita dan ibuku hanya tersenyum karena strategi untuk memisahkan aku
dan Gerald sebentar lagi akan tercapai, pikirnya.
Namun, setelah
menatap tajam mataku itu Gerald malah menggelungkan kepalanya ke leherku, dan
menciumku di sana, dan aku pun kembali mendekapnya dan menciumnya dengan penuh
cinta. Ohh Gerald ku memang setia. Melihat itu tante Sita dan ibuku tersenyum
masam dan meninggalkanku kembali ke arisannya.
*****
Aku sakit.
Sudah dua hari ini aku tidak bekerja terbaring lemas di kamarku. Ibuku terus
menyalahkan Gerald atas sakitku ini.
“Tania, Gerald
itu membawa penyakit ke tubuhmu ini. Gara-gara Gerald kamu jadi di hinggapi
penyakit seperti ini.” Ibuku terus mengomel sambil terus menyuapiku. Aku tidak
bisa memberikan alasanku untuk membela Gerald karena mungkin itu benar adanya.
Tapi aku tidak bisa hidup jauh darinya.
Gerald tidak
di izinkan menemuiku selama aku sakit. Gerald dilarang masuk ke dalam rumah
oleh ibuku. Selama dua malam ini ia tidur di luar rumah, kadang kita hanya
saling menatap lewat jendela yang berada di kamarku yang kebetulan bisa
langsung melihat ke luar rumah.
“Oh...Gerald
aku merindukanmu!” teriakku dari dalam rumah berharap Gerald bisa mendengarnya.
Namun Gerald tetap berada di luar rumah dan membiarkan aku sendiri tanpa ada
yang menemani.
Ini sudah hari
ke tujuh semenjak aku dipisahkan dengan Gerald. Dan aku sudah kembali sehat.
Aku masih memohon pada ibuku agar Gerald dibiarkan masuk ke rumah lagi.
“Bu, biarkan
Gerald masuk yah, Tania janji Tania ngga akan tidur bareng sama Gerald, ngga
akan peluk Gerald dan ngga akan cium Gerald lagi. Tania janji bu.” Aku memohon
sambil terisak tangis. Karena sangat sulit memenuhi janji itu, aku ingin setiap
saat memeluk dan mencium Gerald dan aku berjanji tidak akan melakukannya lagi,
itu adalah suatu janji yang sangat berat sekali bagiku. Tapi ini demi aku bisa
bertemu Gerald secara langsung lagi tanpa terhalang jendela kamarku.
Sepertinya
melihat aku yang memohon dengan bersungguh-sungguh hingga menangis ibuku
akhirnya mengizinkan Gerald masuk ke dalam rumah lagi.
“Ingat Tania,
Tidak memeluk dan tidak mencium.” Ucap ibuku sambil membawa Gerald masuk ke
dalam rumah.
“Iya bu.”
Jawabku bersemangat sambil mencium pipi ibuku dengan penuh cinta.
*****
Janji tinggal
janji. Kini aku kembali memeluk dan mencium Gerald seperti dulu lagi. Aku tidak
peduli dengan janji yang dulu aku buat kepada ibuku. ‘Toh aku tidak tanda tangan di atas materai’, pikirku, tak akan ada
yang menuntut dan membawaku ke pengadilan karena tidak menepati janjiku. Ibuku
kini tidak lagi memarahiku, mungkin karena dia sudah bosan. Percuma karena
sesering apapun ibuku memarahiku aku tidak pernah mendengarkannya.
“Mungkin
banyak sekali yang menentang cinta kita, tapi saat inilah cinta kita sedang di
uji. Cinta memang butuh perjuangan sayang.” ucapku sambil memeluk Gerald
kemudian Gerald pun menciumku.
*****
Ini adalah
hari yang cerah dan kebetulan aku sedang libur dari pekerjaanku. Aku mengajak
Gerald berjalan-jalan di taman. Ini adalah tempat aku dan Gerald pertama kali
kita bertemu. Berlari bersama, makan dalam satu wadah yang sama, ah betapa
romantisnya. Tingkah laku kita tak berbeda dengan pasangan-pasangan yang sedang
berpacaran di sekeliling kita. Hari ini
begitu membahagiakan bagiku.
Entah mengapa
hari ini aku merasa takut sekali berpisah dengan Gerald. Pikiran-pikiran buruk
selalu berseliweran dalam kepalaku. Imajinasiku berjalan terlalu jauh, dan aku
membenci itu. Gerald juga seperti merasakan apa yang aku rasakan. Sejak pagi tadi
Gerald tidak pernah berjalan berada jauh dari ku. Seperti ada suatu firasat
bahwa akan ada sesuatu yang benar-benar memisahkan kita. Tapi aku tidak ingin
memikirkannya terlalu dalam. Mungkin ini hanya karena badanku yang belum begitu
sehat lagi semenjak aku sakit dulu. Dan aku ingin menghabiskan hari ini hanya
bersama Gerald. Apapun yang terjadi nanti, itu akan kupikirkan nanti. Aku hanya
akan menikmati hari yang indah ini bersama Gerald yang sangat aku cintai.
Hari sudah
senja, matahari hampir tenggelam di ufuk barat. Tiba-tiba aku merasa benar-benar
tidak enak badan. Aku merasa penyakit ku kambuh lagi, dan tiba-tiba kesadaranku
hilang. Aku pingsan di taman.
*****
“Gara-gara Gerald penyakit mu jadi sering
kambuh Tania, Gerald membawa dampak buruk untukmu!” ibuku berdiri di depan
pintu kamarku sambil menatapku yang masih terkulai lemas di ranjang kamar
tidurku. Penyakit yang diturunkan oleh almarhum ayahku ini semakin sering
kambuh, aku akui itu tak lain atas kehidupanku dengan Gerald selama ini.
Mendengar
namanya disebut-sebut Gerald yang tadinya berada di luar rumahku tiba-tiba
memasuki kamarku dan langsung mendekatiku tanpa menghiraukan ibuku yang sedang
memarahinya. Gerald memang benar-benar pengertian. Dia selalu ada di saat aku
dalam keadaan bahagia maupun sedih. Kini ia malah ikut berbaring di sisiku
sambil terus menciumiku.
“Pokoknya ibu
tidak setuju kamu bersama Gerald lagi!” ucap ibuku dengan suara keras.
“Bu...aku
tidak bisa hidup tanpa nya.”ucapku memelas.
Aku terus
mendekap Gerald dalam pelukanku tak ingin terpisahkan, dekapan Gerald pada tubuhku pun semakin erat, kami
sama-sama tidak ingin terpisahkan. mendengar ibuku yang berteriak keras padanya
Gerald hanya terdiam dalam pelukanku.
“Sini masukan
Gerald ke dalam tempat ini.” Ibuku membawa box berwarna putih yang terdapat dua
bolong di atasnya untuk keluar masuknya udara.
“Bu... jangan
bawa Gerald!” pintaku memohon untuk terakhir kalinya
“Tidak bisa
Tania, penyakit asma mu tidak akan pernah sembuh jika kau terus hidup bersama
Gerald. Nanti tante Nindi akan mengadopsi Gerald untuk menjaganya dan menangkap
tikus-tikus di rumahnya.” Jelas ibuku sambil membawa box yang berisi Gerald itu
dan dimasukkannya ke dalam jok belakang mobilnya.
Oohh kucingku
Gerald yang malang....
Dan aku
menangis tersedu-sedu di teras rumah menyaksikan Gerald pergi meninggalkanku
sendiri...
***end***
Cerita ini hanya karangan semata, jika ada
kesamaan tokoh, nama dan tempat. mungkin itu hanya perasaan mas atau mbaknya
saja.
He he he...kucing
BalasHapusSalam kenal eva