ORANG YANG BAIK SELAMANYA
Berawal dari 7 tahun yang lalu
Saat itu aku sudah menginjak semester
7 dalam kuliahku,
dari semenjak semester 3 aku
sudah menyukai seorang laki-laki yang sangat alim sekali sehingga untuk
bersentuhan dengan lawan jenisnya pun tidak pernah sekalipun, sehingga
aku tidak bisa mendekatinya, yang ku bisa lakukan hanya melihatnya dari jauh,
dan jika mengobrol yang dibicarakan hanyalah tentang organisasi atau tugas mata
kuliah, dan pada suatu saat kecelakaan itu pun terjadi, entah bagaimana caranya
ada seonggok daging yang bernyawa dalam perutku,dan aku pun tidak tahu siapa
penanam benih ini, aku rasa aku tidak pernah melakukannya dengan siapa pun,
karena kekasih pun aku tidak punya... tapi ketika aku bilang kepada keluargaku
tentu cacian dan makian yang aku dapatkan yang sampai sekarang masih ada,
mereka tetap memaksaku untuk menikah dan mencari ayah dari anak yang kukandung
ini, tapi aku tidak tahu harus mencarinya ke mana, dan harus meminta
pertanggung jawaban kepada siapa. Semakin hari perutku semakin terlihat
membuncit. Dan akhirnya aku mencoba untuk meminta bantuan pada seseorang yang
sejak lama aku taksir, sore itu aku ke rumahnya dan menceritakan semua kejadian
yang menimpaku saat ini hingga aku harus meminta bantuannya dan jawabannya
hanya “iya, nanti aku pikirkan dahulu, seminggu lagi aku akan memberikan
jawabannya.” Dalam perjalanan pulang aku hanya meminta ya allah tolong bantulah
aku, semoga lewat dia kau membantuku”....
seminggu kemudian aku kembali
mendatangi rumahnya. Ternyata dia menungguku di depan rumahnya, dengan muka
serius aku menanyakan hasilnya, dan saat itu aku mengutarakan kesepakatan jika
dia mau. “ jika kau benar mau membantuku dengan cara menikahiku tolong jangan
kau ceraikan aku sebelum lama pernikahan ini satu tahun, jika kau jijik padaku
kau boleh tidak menyentuhku sekalipun, walaupun kau sudah menjadi suamiku kau
boleh menikah dengan orang yang kau sayangi, aku siap di madu, kau juga tidak
perlu repot untuk menafkahiku kau pun boleh memarahiku jika kau mau,,,,” dan
seselesanya aku berkata dia hanya menjawab dengan anggukan kepala,,,
Subhanallah kali ini kau adalah malaikat dalam hidupku, kau adalah orang yang
sangat baik selama hidupku....
Hari pernikahan aku dan dia pun tiba,
dan sampai saat itu hanya kami yang tahu bahwa pernikahan ini hanyalah
pernikahan yang palsu, di depan para tamu kami hanya tersenyum bahagia, memang
yang aku rasakan saat itu adalah bahagia, karena akhirnya ada juga orang yang
mau menikahiku. Dan entah apa yang membuatnya bisa tersenyum seolah-olah senyum
kebahagiaan, mungkin iya berpikir “ senangnya aku mempunya pembantu baru dalam
rumahku nanti”.............hari itu pun selesai, selama tiga hari kita tinggal
di rumah ibuku di sana kami berakting mesra di depan keduanya, tanpa aku suruh
dia sudah mengerti apa yang harus di katakan dan apa yang harus dia lakukan
ketika kita berkumpul bersama keluarga, akting dia sangat bagus sekali, tidak
terlihat sedikit pun ada kepalsuan dalam gerak langkahnya, selama tiga hari itu
kita memang tidur satu kamar, sebelumnya sudah aku siapkan tikar untuk tidur ku
nanti, selama tiga hari itu pun aku tidak pernah tidur satu ranjang, tanpa aku
disuruh pun aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan, ketika keluargaku mulai
tidur lelap aku pun mulai menggelar tikar di bawah ranjang suamiku, dan
paginya langsung aku bereskan kembali tikar bekas aku tidur dan ranjang
bekas suamiku tidur, ternyata masih rapih dan aku cukup membereskannya sedikit
saja, selama di rumah aku memang tidak memasak tapi aku mencoba untuk
menghidangkannya saja untuknya. Dan akhirnya tak lama kemudian setelah sarapan
pagi dia meminta izin kepada orang tuaku untuk membawaku pindah ke rumah baru kami,
mereka pun mengizinkannya karena sekarang aku sudah memiliki keluargaku
sendiri. Karena jaraknya cukup jauh jadi kami baru sampai di rumah baru kami
ketika senja mulai datang. Rumah ini sangat bagus, tidak begitu besar dan cocok
untuk pasangan muda yang baru berbahagia, “ andai pernikahan ini bukan
pernikahan palsu pastinya sangat bahagia sekali aku menjadi permaisuri di rumah
ini.”dalam benak hatiku. Awalnya aku ingin bertanya rumah siapa ini?warisan?
tapi rasanya tidak enak untuk aku tanyakan sekarang. Ketika kami sampai di
rumah ternyata ada tiga ruang tidur, satu ruang tidur utama dan dua ruang tidur
untuk tamu. Tanpa di suruh aku harus membiasakan diri untuk tidur di ruang
tidur tamu saja. malam itu kami sempat menonton tv bersama, rasanya sangat canggung
sekali untuk duduk di dekatnya, kemudian kami sempat mengobrol sekitar 15
menit, awalnya dia yang memulai ” bagaimana kerasan tinggal di sini?” aku hanya
menjawab “ sangat bagus, dan aku akan coba untuk betah di sini selama satu
tahun ke depan, dan setelah satu tahun kau menceraikan aku, aku akan kembali ke
rumah” jawabku sambil tersenyum, dan dia hanya tertunduk, kemudian dia juga
menanyakan tentang bayi yang ada dalam kandunganku “ sudah berapa lama umur
kandungan mu sekarang?” aku hanya menjawab “ baik-baik saja, sekarang sudah
menginjak tiga bulan, sudah malam aku tidur dulu ya, besok aku harus bangun
pagi. Dan terima kasih kau mau menikahiku.....”, setelah itu aku langsung pergi
ke ruang tidur dan beristirahat, dan ku awali tidurku dengan tangisan
kebahagiaan dan tak lupa ucapan syukur “ oh...tuhan terima kasih karena kau
memberikan pertolonganmu dengan diberikan ku jodoh walau palsu dan sementara,”
kemudian aku tertidur....
Esoknya.... pagi-pagi sekali entah
kenapa rasa mual itu menghampiriku, mungkin ini bawaan orang yang sedang
ngidam, tapi kalau aku muntah-muntah di kamar mandi yang ada di samping kamar
tidurku pasti akan terdengar oleh suamiku dan nantinya ia akan terbangun,
sepertinya sebaiknya aku muntah-muntahnya di kamar mandi yang ada di ujung
rumah ini saja. Setiap pagi entah kenapa selama satu bulan ini aku
muntah-muntah. Tapi walaupun aku kurang sehat tapi aku harus melayani suamiku
selayaknya istri sungguhkan, setiap pagi sebelum dia pergi ke kantor aku sudah
siapkan sarapan untuknya, bajunya pun aku cucikan dan tak lupa juga aku
membereskan rumah ini. Biasanya setelah dia pergi ke kantor aku mulai membuat
gorengan untuk aku titipkan di warung dekat rumah, lumayanlah untuk biaya
tambahan persalinanku yang mulai mendekat, uang hasil berjualan ini aku bagi
dua, sebagian untuk persalinan, dan sebagian lagi untuk biaya makan ku
sehari-hari. Biasanya satu bulan sekali aku menyelipkan uang di saku bajunya
yang telah rafih aku setrika, itung- itung untuk mengontrak tinggal di sini. Di
rumah kami jarang sekali mengobrol tidak seperti dahulu semasa kuliah sering
berdiskusi walau tentang organisasi. Kami berdiskusi hanya lewat pesan yang
biasanya di tempel di kulkas atau pintu kamar, ingat pada suatu hari dia
menempelkan pesan di kulkas “ ingat jangan terlalu capek, kamu sedang hamil,
jaga kandungannya”,, rasanya senang sekali serasa aku memiliki suami yang
betulan. Tapi perasaan itu segera aku hilangkan, aku tidak boleh merasa
ketergantungan, akhirnya kandunganku semakin hari semakin membesar, pernah pada
suatu malam perutku sakit sekali hingga rasanya aku ingin membangunkan suamiku
rasanya sebaiknya aku tahan saja sampai besok pagi supaya aku bisa ke bidan,
semalaman itu aku tidak bisa tidur hingga jam 3 dini hari aku memaksakan diri
untuk berjalan keluar untuk ke rumah bidan yang jaraknya tidak begitu jauh dari
rumahku, sengaja aku berjalan pelan agar suamiku tidak mengetahuinya, pulang
dari rumah bidan itu sekitar jam 8 pagi, dan setibanya aku di rumah dia sudah
pergi ke kantor, sepertinya dia membereskan rumah dulu sebelum pergi karena
rumah sepertinya sudah rafih. Semakin hari perutku semakin sering terasa sakit,
mungkin karena sudah mendekati waktu untuk persalinan dalam pikirku, tapi
ternyata setelah aku tanyakan ke bidan aku dirujuk untuk di rongsen, hingga
akhirnya aku tahu bahwa sakit ini bukan karena aku akan melahirkan tapi karena
penyakit usus buntu yang sekarang bersarang di dalam tubuhku, tentu jika ku
beri tahu suamiku dia tidak akan mem pedulikan ku, jadi sebaiknya memang tidak
usah. Waktu persalinan ku pun tiba, hari itu suamiku seperti biasa kerja, dan
aku tidak ingin juga harus merepotkannya, jadi walaupun rasa sakitnya sudah
terasa sejak pagi, tapi aku mencoba untuk menahannya, setelah dia pergi ke
kantor cepat-cepat aku pergi ke rumah bidan dan aku bersalin di rumah bidan
itu, karena usus buntuku belum begitu parah sehingga tidak begitu mengganggu
persalinanku,,, persalinanku hanya ditemani oleh bidan dan perawatnya saja,
sengaja suamiku tidak ku beri tahu, karena dia pasti tidak akan punya waktu
untuk menemaniku. beberapa hari aku menginap di rumah bidan ku karena
menunggu badanku kembali pulih juga buah hati tercinta ku yang ku beri nama
putri. Setelah seminggu menginap akhirnya aku kembali ke rumah suamiku, saat
itu hari libur jadi dia ada di rumah, aku langsung masuk ke rumah itu sambil
uluk salam, dan ternyata ada orang yang menjawab salam ku itu, ternyata suamiku
sudah berada di hadapanku dan bertanya “ ke mana saja kamu selama ini? Kenapa
saya tidak diberitahukan ketika kamu melahirkan?” dan aku hanya menjawab “
maafkan aku karena pergi dari rumah ini tidak berpamitan dulu kepada kamu,
pasti kamu merasa repot tidak ada yang mengurusmu dan rumah ini, sengaja aku
tidak memberitahukan mu karena kamu pasti sedang sibuk aku tidak mau merepotkan
mu, sudah cukup dengan menikahiku saja kamu aku repotkan sampai sekarang,,,”
kemudian dia pun kembali berbicara “Ya sudah tidak perlu di perbincangkan
kembali, kamu istirahat saja dahulu, oh ya siapa nama anak ini” lalu ku jawab “
kuberi nama putri ayuniatanti, tenang saja aku tidak akan membuat kamu malu
dengan menambahkan nama belakang keluargamu kepada anak ini, dengan kamu
menikahiku saja menurutku sudah cukup bagiku kamu menanggung malu
selamanya...dan maafkan aku juga mungkin beberapa bulan ke depan tidur lelapmu
akan terganggu oleh tangisan anak ku ini...........
beberapa bulan kemudian anak ku sudah
menginjak tujuh bulan, jadi dia sudah bisa di ajak bermain, terkadang jika hari
libur suamiku sering mengajak main jika aku sedang membersihkan rumah, aku
hanya bisa menangis terharu di balik pintu dapur jika melihat ke akrabkan
mereka berdua, terima kasih ya allah kau telah ciptakan orang terbaik untuk
menolongku.....
tak terasa usia pernikahanku dengan
dia sudah lima belas bulan, jadi aku hanya menunggu waktu untuk ia
ceraikan........tapi kenapa hari perceraian itu tak kunjung datang, akhirnya
aku mencoba memberanikan diri untuk bertanya kepadanya “ mas, kenapa kamu belum
menceraikan ku juga padahal sudah lewat satu tahun usia pernikahan palsu
kita,,, memangnya kamu tidak ingin mempunyai istri sesungguhnya yang sangat
kamu sayangi?” dia hanya menjawab “ nantilah aku pikirkan, sekarang aku masih
sibuk.......” sambil ia pergi ke ruang kerjanya....
seperti biasa aku masih sering
menjual gorengan di warung-warung, karena itulah penghasilan utama ku untuk
mulai menyekolahkan anak ku satu-satunya di TK dan untuk biaya pengobatan usus
buntuku yang semakin hari semakin parah, walaupun terkadang untuk uang jajan
anakku diberi oleh suamiku. Dia memang orang terbaik dalam hidupku, sudah mau
menanggung malu selama hidupnya dengan menikahiku.......akhir-akhir ini suamiku
sering pulang malam, “ ah mungkin sekarang dia sudah punya pacar, jadi wajarlah
jika sepulang kerja dia mengencani pacarnya dahulu” pikirku. Walau aku merasa
cemburu tapi aku tidak pernah menampakkannya di hadapannya, rasa sayang yang
sejak semasa kuliah itu muncul sampai sekarang masih kujaga dengan baik, dan
aku tidak pernah berharap untuk mendapatkan balasannya, bagiku
kebahagiaannya adalah hal yang paling membuat aku bahagia, walaupun
kebahagiaannya itu adalah dengan membuat aku di madu.
memanggilku mamah, kebahagiaan yang
tak dapat terlukiskan ketika anakku bisa mengatakannya. Aku sangat
menyayanginya walaupun sampai sekarang aku tidak tahu siapa ayah kandungnya,
bagiku itu adalah masa lalu, yang terpenting sekarang adalah aku harus mencari
uang yang banyak untuk bisa mendidiknya dengan baik.......entah siapa yang
mengajarkan tiba-tiba anak ku memanggil suamiku dengan sebutan papah, awalnya
aku melarangnya karena takut suamiku marah, tapi dia tetap bersikukuh untuk
tetap memanggil papah, akhirnya aku yang mengalah,, jadi setelah itu yang
pertama aku lakukan adalah meminta izin kepada suamiku......”mas, maafkan anak
ku yang telah lancang memanggilmu dengan sebutan papah, sungguh aku tidak
pernah sekalipun mengajarinya, walaupun aku terus melarangnya tapi dia tetap
bersikukuh untuk memanggilmu papah, maafkan aku karena aku belum bisa mendidik
anak ku dengan baik.”dan dia hanya menjawab “ biarkan saja, namanya juga anak
kecil, biarkan dia untuk tidak pernah tahu bahwa aku ini bukan
ayahnya,”,,,,, sungguh dia adalah orang yang sangat baik sekali,oh tuhan
jagalah malaikat pelindung ku, dan juga malaikat kecilku putri,,,,,,,,,,,,,
anak ku kini sudah masuk sekolah TK
di dekat kompleks rumah, setiap pagi dia selalu pergi diantarkan oleh suami ku
karena sekalian pergi ke kantornya yang searah dengan sekolah anak ku, aku
hanya bisa miris melihat mereka pergi berdua layaknya pasangan anak dan ayah yang
berbahagia, andai ini bukan palsu?... di satu sisi aku tidak ingin di ceraikan
oleh suamiku, tapi di lain sisi jika aku tidak di ceraikan kasihan suamiku yang
tidak bisa memiliki kehidupan yang asli. Entah bagaimana dengan anakku jika
perceraian itu terjadi, sepertinya dia sangat menyayangi suamiku itu.....
pernah suatu hari anakku bertanya padaku “ mah, menurut mamah papah baik ga?”
kemudian ku jawab “ nak, papah sangat baik sekali sama mamah, dia adalah orang
yang paling baik semasa hidup mamah, dia adalah pelindung mamah, dia adalah
malaikat mamah, maka nya ade jangan bandel, harus jadi orang yang baik, jangan
pernah buat papah marah....”kemudian dia bertanya kembali “ mamah sayang sama
papah?” saat itu entah aku harus menjawab apa karena jika dijabarkan rasa
sayangku padanya melebihi rasa sayang ku pada diri sendiri, hanya saja
perasaanku itu tidak pernah aku ungkapkan...kemudian ku jawab “ tentu mamah
sayang sama papah”......kemudian tiba-tiba ada seseorang yang berbicara di
belakangku “ papah juga sayang sama mamah”,,,,saat itu ingin rasanya aku
menangis tapi coba ku bendung air mata ini dengan kuat, dalam hati ku berbicara
” andai itu adalah pernyataan yang benar pasti akan sangat bahagia diriku ini,
tapi sayangnya itu adalah pernyataan palsu hanya agar anak ku bahagia” saat itu
aku hanya tersenyum tak memberikan komentar....
akhir-akhir ini aku lebih sering
bolak-balik ke rumah sakit karena semakin hari penyakit yang bersarang dalam
tubuhku semakin parah, walaupun seperti itu, tapi suamiku tidak pernah ku beri
tahu tentang penyakit ku ini, hingga suatu saat aku dan anak ku diajak
jalan-jalan ke suatu tempat yang sangat indah, cocok untuk pasangan yang saling
mencinta, di sana anak ku sangat senang sekali, aku pun sangat senang di sana,
kami di sana layaknya keluarga yang asli, kita berlari-lari, hingga aku
kelelahan dan perutku mulai terasa sakit, tapi sengaja aku tidak bilang kepada
suamiku, takutnya aku akan merusak kebahagiaannya, tapi mungkin dia merasakan
hal yang aneh terhadap diriku hingga sempat ia bertanya “ kamu kenapa?seperti
orang yang sedang menahan sakit? Mukamu juga sangat pucat?” dan aku hanya
memberi alasan yang palsu “ iya, aku memang sakit perut, tapi mungkin hanya
nyeri haid ” kemudian “ oh, Yasuda main lagi saja yuk!” kemudian aku hanya
menuruti saja perintahnya, aku mencoba berdiri, awalnya sakitku semakin parah
ketika ku mulai menggerakkan tubuhku, kemudian rasa pusing pun mulai
menyerangku, dan kemudian aku tidak tahu lagi apa yang terjadi saat itu.......
ketika ku sadarkan diri ternyata aku
sudah berada di rumah sakit..........