Sabtu, 07 April 2012

cerpen



Ketika  Cinta  Tak  Seperti  FTV

Pagi ini tak seperi hatiku yang sangat mendung, awan seakan bergerak lincah seakan menertawakan makluk rapuh yang berjalan gontai di bawah sang mentari yang tersenyum semu.  Mungkin semua rumput yang ia injak akan bertanya-tanya mengapa makhluk ini tiba-tiba menekukkan lehernya berarah ke tanah.
“ya.... tungguin aku dong!” tiba-tiba teriakan itu mengagetkan lamunan yang tak kunjung berakhir ini.
“ayooo . . . “dengan malas aku pun menjawabnya.
Sebenarnya aku lebih ingin berjalan sendiri, menekukkan leher seakan mencari sesuatu yang hilang di atas rumput,  namun jika aku berjalan dengannya mungkin setidaknya akan lebih membuatku ceria walaupun itu sesaat.
selama di perjalanan menuju kampus Mela tetap seperti yang dulu, ceria dan selalu membuat aku tertawa dengan kekonyolannya ketika aku bersamanya, namun itu hanya sesaat, karena saat ini pikiranku masih tertuju pada hatiku.
“ya aku harus ke perpus dulu, mau ikut ga? Kamu duluan aja lah!”begitulah ujar Mela tiba-tiba.
“okelah kalo begitu” jawabku singkat.
Lamunanku yang tadi sempat tertunda kembali kulanjutkan, beribu pertanyaan kepada hati ini telah ku lontarkan, namun tetap saja tak satupun ia mampu menjawabnya.
“andai saja kisah cintaku ini berakhir seperti cerita ftv !”
“atau seperti cerita-cerita dongen ketika harus ada pangeran yang mencintai perempuan yang buruk rupa?,”
“hmmmh . ..  sekali lagi itu hanya hayalan”
Pikiranku masih tertuju pada peristiwa setahun yang lalu, “aku nyesel harus kenal sama kamu, kenapa sich kita tu harus kenal? Kalo ga kenal kan aku ga akan suka sama kamu?”pertanyaan itu selalu aku lontarkan pada diri sendiri yang berarti sebuah penyesalan.
“yah aku sangat mencintainya” begitulah ujarnya sambil menangis di atas bantal sepulangnya ia kuliah
“tapi kapan kamu akan sadar kalo aku sayang sama kamu” begitulah kata-kata di sela-sela isak tangisnya
“dengan seenaknya kamu memberikan harapan-harapan itu padaku, kemudian dengan seenaknya pula tiba-tiba kamu bilang aku sedang mencintai dia”
“kamu itu sengaja mempermainkan hati aku? Atau memang kamu tidak peka terhadap apa yang aku rasakan?”
Isakkan itu kini berakibat kepada bantal yang aku gunakan semakin basah
“aku lelah harus mencintaimu”
“aku hanya ingin bisa melupakanmu sepenuhnya”
“aku harus bisa tau diri, bahwa aku dan kamu itu bagaikan punguk merindukkan bulan”
“ini bukan ftv yang kemudian dia tiba-tiba mencintaiku, tapi ini kehidupan nyata”
“maaf jika aku pergi secara tiba-tiba, bukan karena aku membencimu, namun karena aku ingin bahagia tanpa ada rasa cinta kepadamu” begitulah ujarnya di ujung isakannya
Tiba-tiba pintu kosan ku secara sengaja di pukul-pukul oleh seseorang di luar sana
“alyaaaaaa . . . . ayoooo mau ikut makan di luar ga??? “ begitulah teriakan diluar yang cukup mengagetkanku.
“ayooooo . . . bentar yah mau ganti baju dulu”begitulah jawabku seperti biasa
“okehhh ga pake lama yah . . .”

Dan seperti itulah kisahku hari ini . . . ^,~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar