Kamis, 05 April 2012

cerpen nich . . .


ORANG YANG BAIK SELAMANYA
Berawal dari  7 tahun yang lalu
Saat itu aku sudah menginjak semester 7 dalam kuliahku,
 dari semenjak semester 3 aku sudah menyukai seorang laki-laki yang sangat alim sekali sehingga untuk bersentuhan dengan lawan jenisnya pun  tidak pernah sekalipun, sehingga aku tidak bisa mendekatinya, yang ku bisa lakukan hanya melihatnya dari jauh, dan jika mengobrol yang dibicarakan hanyalah tentang organisasi atau tugas mata kuliah, dan pada suatu saat kecelakaan itu pun terjadi, entah bagaimana caranya ada seonggok daging yang bernyawa dalam perutku,dan aku pun tidak tahu siapa penanam benih ini, aku rasa aku tidak pernah melakukannya dengan siapa pun, karena kekasih pun aku tidak punya... tapi ketika aku bilang kepada keluargaku tentu cacian dan makian yang aku dapatkan yang sampai sekarang masih ada, mereka tetap memaksaku untuk menikah dan mencari ayah dari anak yang kukandung ini, tapi aku tidak tahu harus mencarinya ke mana, dan harus meminta pertanggung jawaban kepada siapa. Semakin hari perutku semakin terlihat membuncit. Dan akhirnya aku mencoba untuk meminta bantuan pada seseorang yang sejak lama aku taksir, sore itu aku ke rumahnya dan menceritakan semua kejadian yang menimpaku saat ini hingga aku harus meminta bantuannya dan jawabannya hanya “iya, nanti aku pikirkan dahulu, seminggu lagi aku akan memberikan jawabannya.” Dalam perjalanan pulang aku hanya meminta ya allah tolong bantulah aku, semoga lewat dia kau membantuku”....
seminggu kemudian aku kembali  mendatangi rumahnya. Ternyata dia menungguku di depan rumahnya, dengan muka serius aku menanyakan hasilnya, dan saat itu aku mengutarakan kesepakatan jika dia mau. “ jika kau benar mau membantuku dengan cara menikahiku tolong jangan kau ceraikan aku sebelum lama pernikahan ini satu tahun, jika kau jijik padaku kau boleh tidak menyentuhku sekalipun, walaupun kau sudah menjadi suamiku kau boleh menikah dengan orang yang kau sayangi, aku siap di madu, kau juga tidak perlu repot untuk menafkahiku kau pun boleh memarahiku jika kau mau,,,,” dan seselesanya aku berkata dia hanya menjawab dengan anggukan kepala,,, Subhanallah kali ini kau adalah malaikat dalam hidupku, kau adalah orang yang sangat baik selama hidupku....
Hari pernikahan aku dan dia pun tiba, dan sampai saat itu hanya kami yang tahu bahwa pernikahan ini hanyalah pernikahan yang palsu, di depan para tamu kami hanya tersenyum bahagia, memang yang aku rasakan saat itu adalah bahagia, karena akhirnya ada juga orang yang mau menikahiku. Dan entah apa yang membuatnya bisa tersenyum seolah-olah senyum kebahagiaan, mungkin iya berpikir “ senangnya aku mempunya pembantu baru dalam rumahku nanti”.............hari itu pun selesai, selama tiga hari kita tinggal di rumah ibuku di sana kami berakting mesra di depan keduanya, tanpa aku suruh dia sudah mengerti apa yang harus di katakan dan apa yang harus dia lakukan ketika kita berkumpul bersama keluarga, akting dia sangat bagus sekali, tidak terlihat sedikit pun ada kepalsuan dalam gerak langkahnya, selama tiga hari itu kita memang tidur satu kamar, sebelumnya sudah aku siapkan tikar untuk tidur ku nanti, selama tiga hari itu pun aku tidak pernah tidur satu ranjang, tanpa aku disuruh pun aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan, ketika keluargaku mulai tidur lelap aku  pun mulai menggelar tikar di bawah ranjang suamiku, dan paginya langsung aku bereskan kembali tikar bekas aku tidur  dan ranjang bekas suamiku tidur, ternyata masih rapih dan aku cukup membereskannya sedikit saja, selama di rumah aku memang tidak memasak tapi aku mencoba untuk menghidangkannya saja untuknya. Dan akhirnya tak lama kemudian setelah sarapan pagi dia meminta izin kepada orang tuaku untuk membawaku pindah ke rumah baru kami, mereka pun mengizinkannya karena sekarang aku sudah memiliki keluargaku sendiri. Karena jaraknya cukup jauh jadi kami baru sampai di rumah baru kami ketika senja mulai datang. Rumah ini sangat bagus, tidak begitu besar dan cocok untuk pasangan muda yang baru berbahagia, “ andai pernikahan ini bukan pernikahan palsu pastinya sangat bahagia sekali aku menjadi permaisuri di rumah ini.”dalam benak hatiku. Awalnya aku ingin bertanya rumah siapa ini?warisan? tapi rasanya tidak enak untuk aku tanyakan sekarang. Ketika kami sampai di rumah ternyata ada tiga ruang tidur, satu ruang tidur utama dan dua ruang tidur untuk tamu. Tanpa di suruh aku harus membiasakan diri untuk tidur di ruang tidur tamu saja. malam itu kami sempat menonton tv bersama, rasanya sangat canggung sekali untuk duduk di dekatnya, kemudian kami sempat mengobrol sekitar 15 menit, awalnya dia yang memulai ” bagaimana kerasan tinggal di sini?” aku hanya menjawab “ sangat bagus, dan aku akan coba untuk betah di sini selama satu tahun ke depan, dan setelah satu tahun kau menceraikan aku, aku akan kembali ke rumah” jawabku sambil tersenyum, dan dia hanya tertunduk, kemudian dia juga menanyakan tentang bayi yang ada dalam kandunganku “ sudah berapa lama umur kandungan mu sekarang?” aku hanya menjawab “ baik-baik saja, sekarang sudah menginjak tiga bulan, sudah malam aku tidur dulu ya, besok aku harus bangun pagi. Dan terima kasih kau mau menikahiku.....”, setelah itu aku langsung pergi ke ruang tidur dan beristirahat, dan ku awali tidurku dengan tangisan kebahagiaan dan tak lupa ucapan syukur “ oh...tuhan terima kasih karena kau memberikan pertolonganmu dengan diberikan ku jodoh walau palsu dan sementara,” kemudian aku tertidur....
Esoknya.... pagi-pagi sekali entah kenapa rasa mual itu menghampiriku, mungkin ini bawaan orang yang sedang ngidam, tapi kalau aku muntah-muntah di kamar mandi yang ada di samping kamar tidurku pasti akan terdengar oleh suamiku dan nantinya ia akan terbangun, sepertinya sebaiknya aku muntah-muntahnya di kamar mandi yang ada di ujung rumah ini saja. Setiap pagi entah kenapa selama satu bulan ini aku muntah-muntah. Tapi walaupun aku kurang sehat tapi aku harus melayani suamiku selayaknya istri sungguhkan, setiap pagi sebelum dia pergi ke kantor aku sudah siapkan sarapan untuknya, bajunya pun aku cucikan dan tak lupa juga aku membereskan rumah ini. Biasanya setelah dia pergi ke kantor aku mulai membuat gorengan untuk aku titipkan di warung dekat rumah, lumayanlah untuk biaya tambahan persalinanku yang mulai mendekat, uang hasil berjualan ini aku bagi dua, sebagian untuk  persalinan, dan sebagian lagi untuk biaya makan ku sehari-hari. Biasanya satu bulan sekali aku menyelipkan uang di saku bajunya yang telah rafih aku setrika, itung- itung untuk mengontrak tinggal di sini. Di rumah kami jarang sekali mengobrol tidak seperti dahulu semasa kuliah sering berdiskusi walau tentang organisasi. Kami berdiskusi hanya lewat pesan yang biasanya di tempel di kulkas atau pintu kamar, ingat pada suatu hari dia menempelkan pesan di kulkas “ ingat jangan terlalu capek, kamu sedang hamil, jaga kandungannya”,, rasanya senang sekali serasa aku memiliki suami yang betulan. Tapi perasaan itu segera aku hilangkan, aku tidak boleh merasa ketergantungan, akhirnya kandunganku semakin hari semakin membesar, pernah pada suatu malam perutku sakit sekali hingga rasanya aku ingin membangunkan suamiku rasanya sebaiknya aku tahan saja sampai besok pagi supaya aku bisa ke bidan, semalaman itu aku tidak bisa tidur hingga jam 3 dini hari aku memaksakan diri untuk berjalan keluar untuk ke rumah bidan yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumahku, sengaja aku berjalan pelan agar suamiku tidak mengetahuinya, pulang dari rumah bidan itu sekitar jam 8 pagi, dan setibanya aku di rumah dia sudah pergi ke kantor, sepertinya dia membereskan rumah dulu sebelum pergi karena rumah sepertinya sudah rafih. Semakin hari perutku semakin sering terasa sakit, mungkin karena sudah mendekati waktu untuk persalinan dalam pikirku, tapi ternyata setelah aku tanyakan ke bidan aku dirujuk untuk di rongsen, hingga akhirnya aku tahu bahwa sakit ini bukan karena aku akan melahirkan tapi karena penyakit usus buntu yang sekarang bersarang di dalam tubuhku, tentu jika ku beri tahu suamiku dia tidak akan mem pedulikan ku, jadi sebaiknya memang tidak usah. Waktu persalinan ku pun tiba, hari itu suamiku seperti biasa kerja, dan aku tidak ingin juga harus merepotkannya, jadi walaupun rasa sakitnya sudah terasa sejak pagi, tapi aku mencoba untuk menahannya, setelah dia pergi ke kantor cepat-cepat aku pergi ke rumah bidan dan aku bersalin di rumah bidan itu, karena usus buntuku belum begitu parah sehingga tidak begitu mengganggu persalinanku,,, persalinanku hanya ditemani oleh bidan dan perawatnya saja, sengaja suamiku tidak ku beri tahu, karena dia pasti tidak akan punya waktu untuk menemaniku. beberapa hari aku menginap di rumah bidan ku karena  menunggu badanku kembali pulih juga buah hati tercinta ku yang ku beri nama putri. Setelah seminggu menginap akhirnya aku kembali ke rumah suamiku, saat itu hari libur jadi dia ada di rumah, aku langsung masuk ke rumah itu sambil uluk salam, dan ternyata ada orang yang menjawab salam ku itu, ternyata suamiku sudah berada di hadapanku dan bertanya “ ke mana saja kamu selama ini? Kenapa saya tidak diberitahukan ketika kamu melahirkan?” dan aku hanya menjawab “ maafkan aku karena pergi dari rumah ini tidak berpamitan dulu kepada kamu, pasti kamu merasa repot tidak ada yang mengurusmu dan rumah ini, sengaja aku tidak memberitahukan mu karena kamu pasti sedang sibuk aku tidak mau merepotkan mu, sudah cukup dengan menikahiku saja kamu aku repotkan sampai sekarang,,,” kemudian dia pun kembali berbicara “Ya sudah tidak perlu di perbincangkan kembali, kamu istirahat saja dahulu, oh ya siapa nama anak ini” lalu ku jawab “ kuberi nama putri ayuniatanti, tenang saja aku tidak akan membuat kamu malu dengan menambahkan nama belakang keluargamu kepada anak ini, dengan kamu menikahiku saja menurutku sudah cukup bagiku kamu menanggung malu selamanya...dan maafkan aku juga mungkin beberapa bulan ke depan tidur lelapmu akan terganggu oleh tangisan anak ku ini...........
beberapa bulan kemudian anak ku sudah menginjak tujuh bulan, jadi dia sudah bisa di ajak bermain, terkadang jika hari libur suamiku sering mengajak main jika aku sedang membersihkan rumah, aku hanya bisa menangis terharu di balik pintu dapur jika melihat ke akrabkan mereka berdua, terima kasih ya allah kau telah ciptakan orang terbaik untuk menolongku.....
tak terasa usia pernikahanku dengan dia sudah lima belas bulan, jadi aku hanya menunggu waktu untuk ia ceraikan........tapi kenapa hari perceraian itu tak kunjung datang, akhirnya aku mencoba memberanikan diri untuk bertanya kepadanya “ mas, kenapa kamu belum menceraikan ku juga padahal sudah lewat satu tahun usia pernikahan palsu kita,,, memangnya kamu tidak ingin mempunyai istri sesungguhnya yang sangat kamu sayangi?” dia hanya menjawab “ nantilah aku pikirkan, sekarang aku masih sibuk.......” sambil ia pergi ke ruang kerjanya....
seperti biasa aku masih sering menjual gorengan di warung-warung, karena itulah penghasilan utama ku untuk mulai menyekolahkan anak ku satu-satunya di TK dan untuk biaya pengobatan usus buntuku yang semakin hari semakin parah, walaupun terkadang untuk uang jajan anakku diberi oleh suamiku. Dia memang orang terbaik dalam hidupku, sudah mau menanggung malu selama hidupnya dengan menikahiku.......akhir-akhir ini suamiku sering pulang malam, “ ah mungkin sekarang dia sudah punya pacar, jadi wajarlah jika sepulang kerja dia mengencani pacarnya dahulu” pikirku. Walau aku merasa cemburu tapi aku tidak pernah menampakkannya di hadapannya, rasa sayang yang sejak semasa kuliah itu muncul sampai sekarang masih kujaga dengan baik, dan aku tidak pernah  berharap untuk mendapatkan balasannya, bagiku kebahagiaannya adalah hal yang paling membuat aku bahagia, walaupun kebahagiaannya itu adalah dengan membuat aku di madu.
memanggilku mamah, kebahagiaan yang tak dapat terlukiskan ketika anakku bisa mengatakannya. Aku sangat menyayanginya walaupun sampai sekarang aku tidak tahu siapa ayah kandungnya, bagiku itu adalah masa lalu, yang terpenting sekarang adalah aku harus mencari uang yang banyak untuk bisa mendidiknya dengan baik.......entah siapa yang mengajarkan tiba-tiba anak ku memanggil suamiku dengan sebutan papah, awalnya aku melarangnya karena takut suamiku marah, tapi dia tetap bersikukuh untuk tetap memanggil papah, akhirnya aku yang mengalah,, jadi setelah itu yang pertama aku lakukan adalah meminta izin kepada suamiku......”mas, maafkan anak ku yang telah lancang memanggilmu dengan sebutan papah, sungguh aku tidak pernah sekalipun mengajarinya, walaupun aku terus melarangnya tapi dia tetap bersikukuh untuk memanggilmu papah, maafkan aku karena aku belum bisa mendidik anak ku dengan baik.”dan dia hanya menjawab “ biarkan saja, namanya juga anak kecil, biarkan dia untuk tidak pernah tahu bahwa aku ini  bukan ayahnya,”,,,,, sungguh dia adalah orang yang sangat baik sekali,oh tuhan jagalah malaikat pelindung ku, dan juga malaikat kecilku putri,,,,,,,,,,,,,
anak ku kini sudah masuk sekolah TK di dekat kompleks rumah, setiap pagi dia selalu pergi diantarkan oleh suami ku karena sekalian pergi ke kantornya yang searah dengan sekolah anak ku, aku hanya bisa miris melihat mereka pergi berdua layaknya pasangan anak dan ayah yang berbahagia, andai ini bukan palsu?... di satu sisi aku tidak ingin di ceraikan oleh suamiku, tapi di lain sisi jika aku tidak di ceraikan kasihan suamiku yang tidak bisa memiliki kehidupan yang asli. Entah bagaimana dengan anakku jika perceraian itu terjadi, sepertinya dia sangat menyayangi suamiku itu..... pernah suatu hari anakku bertanya padaku “ mah, menurut mamah papah baik ga?” kemudian ku jawab “ nak, papah sangat baik sekali sama mamah, dia adalah orang yang paling baik semasa hidup mamah, dia adalah pelindung mamah, dia adalah malaikat mamah, maka nya ade jangan bandel, harus jadi orang yang baik, jangan pernah buat papah marah....”kemudian dia bertanya kembali “ mamah sayang sama papah?” saat itu entah aku harus menjawab apa karena jika dijabarkan rasa sayangku padanya melebihi rasa sayang ku pada diri sendiri, hanya saja perasaanku itu tidak pernah aku ungkapkan...kemudian ku jawab “ tentu mamah sayang sama papah”......kemudian tiba-tiba ada seseorang yang berbicara di belakangku “ papah juga sayang sama mamah”,,,,saat itu ingin rasanya aku menangis tapi coba ku bendung air mata ini dengan kuat, dalam hati ku berbicara ” andai itu adalah pernyataan yang benar pasti akan sangat bahagia diriku ini, tapi sayangnya itu adalah pernyataan palsu hanya agar anak ku bahagia” saat itu aku hanya tersenyum tak memberikan komentar....
akhir-akhir ini aku lebih sering bolak-balik ke rumah sakit karena semakin hari penyakit yang bersarang dalam tubuhku semakin parah, walaupun seperti itu, tapi suamiku tidak pernah ku beri tahu tentang penyakit ku ini, hingga suatu saat aku dan anak ku diajak jalan-jalan ke suatu tempat yang sangat indah, cocok untuk pasangan yang saling mencinta, di sana anak ku sangat senang sekali, aku pun sangat senang di sana, kami di sana layaknya keluarga yang asli, kita berlari-lari, hingga aku kelelahan dan perutku mulai terasa sakit, tapi sengaja aku tidak bilang kepada suamiku, takutnya aku akan merusak kebahagiaannya, tapi mungkin dia merasakan hal yang aneh terhadap diriku hingga sempat ia bertanya “ kamu kenapa?seperti orang yang sedang menahan sakit? Mukamu juga sangat pucat?” dan aku hanya memberi alasan yang palsu “ iya, aku memang sakit perut, tapi mungkin hanya nyeri haid ” kemudian “ oh, Yasuda main lagi saja yuk!” kemudian aku hanya menuruti saja perintahnya, aku mencoba berdiri, awalnya sakitku semakin parah ketika ku mulai menggerakkan tubuhku, kemudian rasa pusing pun mulai menyerangku, dan kemudian aku tidak tahu lagi apa yang terjadi saat itu.......
ketika ku sadarkan diri ternyata aku sudah berada di rumah sakit..........


Tidak ada komentar:

Posting Komentar