Minggu, 01 Desember 2013

PPL SMP Negeri 16 Bandung



curhat PPL smp Negeri 16 Bandung . . .
Ini hanya menceritakan pengalaman saya ketika melakukan PPL, saya bersama kedua teman saya memilih sekolah untuk PPL si SMP NEGERI 16 Bandung. Tak ada alasan yang spesial pada awalnya memilih sekolah ini, jujur alasannya adalah karena sekolah yang lain sudah terisi penuh oleh teman-teman yang lain dan bersisa SMP 16 dan SMP 45 di bandung, lalu kenapa saya tidak memilih SMP 45 saja? Itu pertanyaan kedua teman saya. Saya tidak mau PPL di SMP 45 karena (Bukan mencemarkan) saya pernah uji instrumen di sekolah itu dan hasilnya sangat luar binasa . . . kenapa?? Anak anaknya sangat bandel sekali, mungkin dulu karena merasa saya hanya mahasiswa yang nebeng uji instrumen doang, lalu alasan kedua adalah jauhh dari tempat tinggal kost saya, dan karena saya menggunakan angkutan umum akses menuju sekolah itu cukup rumit, bisa di bilang beberapa kali naik angkot dari UPI. Tapi jujur alasan yang pertama itu lebih kuat dan lebih mendominasi alasan mengapa saya tidak mau PPL di sana. ( tapi kata teman saya yg PPL disana, katanya anak-anaknya baik ko).
Akhirnya saya lebih memilih SMP 16 Bandung, bagi saya lebih baik memilih tempat yang tidak tau sama sekali dari pada memilih tempat yang pernah membuat saya kecewa, setidaknya kalaupun nantinya saya kecewa saya memiliki alasan “ kan saya ga tau bakal seperti ini, hehe” ya mungkin itulah alasan saya. Tapi coba kalau saya memilih yang sudah tau dan saya kecewa pasti otak saya berkata ” tuh kan udah tau dulu di kecewai masih aja mau nyoba”, pemikiran yang aneh sesungguhnya, tapi itulah saya...
Rasanya gimana PPL di smp 16 bandung?
Kalau ngikutin lirik lagu Rich seperti ini nihh
“awalnya biasa saja, lama-lama luar biasa . . . “
Persis sekali seperti penggalan lirik di atas, awalnya biasa saja, lama-lama luar biasa. Maksudnya??? Begini ceritanya.....
Ketika ppl ini saya di percaya oleh  ke empat belas teman saya untuk menjadi wakil ketua PPL di smp 16, ketua saya seorang laki-laki, dan entah saya harus mendefinisikan apa lagi, saya tidak tau, yang pasti pekerjaannya banyak di limpahkan ke saya. Tentu saya terima meskipun kadang kesal juga tapi ini adalah pengelaman bagi saya, sehingga saya tau seluk beluk SMP 16 ini.
Kembali saya ceritakan mengenai awal yang biasa-biasa saja....
Seperti biasa pertama kami kesana kami di sambut di ruangan kepala sekolah, karena saat itu kepala sekolah sedang bertugas diluar, kami di sambut oleh wakasek kurikulum, meskipun awalnya ada perdebatan sengit dulu dengan saya, tapi mau gimana lagi, toh saya yang butuh jadi saya yang harus mengikuti mereka, hari pertama menginjakkan kaki kesana sudah berdebat, bagaimana hari yang lainnya?? Sebentar, sabar dulu!  Sebenarnya perdebatan ini menurut saya adalah karena pihak kampus yang kurang tegas terhadap dosen pembimbing, dari sekolah merasa keukeuh kalau penerimaan di sekolah ini harus diantar oleh dosen pembimbing, sedangkan dari kelima dosen yang ada semuanya sedang sibuk juga, sehingga pada tanggal yang di janjikan oleh UC kepada sekolah tidak dapat di hadiri oleh dosen manapun, dan sekolah tidak mau menerima kami PPL kalau tanpa dosen, lalu kalau seperti itu, nasib kami gimana? Sebenarnya itulah yang di perdebatkan. Akhirnya dengan negosiasi yang lumayan ribet kami meminta waktu untuk mencari dosen lagi, akhirnya dapatlah kami dengan dosen bahasa inggris, ibu Iyen tercinta, sang penyelamat. Dengan diantar olehnya kami akhirnya di terima PPL di sekolah itu.
Pengelaman pertama ppl disana kami di kenalkan dengan guru pamong masing-masing jurusan oleh wakasek kurikulum, mereka sangat baiikk sekali, senyum yang tulus tersungging di setiap bibir mereka, dan kami pun merasa nyaman di sana. Setelah berbasa-basi tidak jelas kami pun pulang. Hari selanjutnya kami mencari kebenaran sendiri, kami mengenali gedung sekolah sendiri, berkenalan dengan guru-guru yang lain juga sendiri, berdasarkan pengalaman saja, meskipun awalnya kami sering salah menyebut nama tapi para guru sangat ramah pada kami sehingga kami pun merasa nyaman dan lambat laun kesalahan itu selalu kami perbaiki. Awalnya Kami di berikan basecam di ruang rapat kepala sekolah karena jujur sekolah ini tidak memiliki ruangan kosong lagi selain ini, jadi kami selama seminggu ini berada disana di ruang rapat, namun, mungkin entah karena ruang rapat itu akan di pakai untuk persiapan rapat UN (kebetulan menjelang UN), atau karena kami sering ribut disana, maklum saja mahasiswa dan kami pun baru berteman dan berkenalan jadi kami masih ribut-ribut ga jelas, akhirnya kami di pindahkan basecam nya menjadi di ruang perpustakaan. Awalnya kami canggung berada disana, namun di perpustakaan ini kami merasa sangat nyaman sekali, didampingi oleh guru-guru yang baik seperti bu eti dan bu yani. Suplai makanan di ruangan ini tak pernah kekurangan sehari pun, hingga kami merasa malu, namun mereka seperti telah mengenal lama kami jadi pasti akan aneh jika kami tidak memakan sesuatu di sana, hingga kami sering botram bareng dengan mereka dan terkadang banyak guru-guru yang mengikuti, kecuali para petinggi sekolah. Kami semakin akrab dengan para guru, staf TU, dan sampai penjaga sekolah kecuali dengan para petinggi sekolah.
Siapakah petinggi sekolah yang di maksud itu???
Petinggi sekolah yang di maksud di sini adalah kepala sekolah dan mereka yang berada di jajaran wakil kepala sekolah, mengapa demikian?? Entahlah...
Ini yang dimaksud dengan awalnya biasa saja dan lama-lama luar biasa...
sejujurnya kami dengan mereka tidak ada masalah apapun, namun mungkin karena kami yang salah dan kami tidak di beri tahu bahwa kami  salah kemudian tiba-tiba kami disalahkan akhirnya kami kesal terhadap mereka. Mereka di sini tidak semua orang yang berada di jajaran wakasek lho...hanya beberapa orang yang sering bermasalah dengan kami saja, yang lainnya seperti guru-guru yang lainnya, baik. Banyak hal yang kadang membuat kami kesal, seluruh aturan sekolah coba kami ikuti,,, meskipun sangat sulit bagi kami pada awalnya namun kami mencoba untuk membiasakan, toh kami calon guru. Kekesalan pertama yaitu cara berpakaian, terimakasih kepada sekolah yang tidak mewajibkan kami menggunakan jas almamater ketika sedang mengajar karena itu sangat panas, dan kami hanya di minta berpakaian yang sopan dan rapi. Minggu pertama teman saya ada yang bermasalah dengan pakaian, katanya karena menggunakan celana yang terlalu ketat dan kemeja yang di masukan ke calana sehingga bagian belakang terlihat jelas, kata mereka. Kata kami, pakaian yang di gunakan teman saya itu masih dalam kategori sopan, tidak ketat di mata kami, namun mereka yang memiliki peraturan jadi kami mengikuti, akhirnya teman saya berubah penampilan mengikuti keinginan mereka. Dan apakah kalian tau apa yang di pakai salah satu jajaran wakasek itu?? Beliau menggunakan pakaian yang lebih ketat dari teman saya, dan apa yang di gunakan di dalam pakaian luarnya terlihat jelas oleh kami, aneh bukan??? Masalah berpakaian di sekolah ini sangat ketat, hari senin dan selasa menggunakan baju guru biasa, hari rabu kami di minta menggunakan kebaya putih untuk perempuan dan ikat kepala untuk laki-laki, kamis kami menggunakan batik, dan jumat kami menggunakan baju muslim. Aturan itu kami ikuti sebaik-baiknya, tapi apa yang mereka gunakan selama senin sampai jumat?? Senin mereka menggunakan baju guru, selasa mengunakan blazer bunga-bunga kuning, rabu menggunakan kebaya warna pink, kamis menggunakan kaftan dan rok batik, dan jumat menggunakan kaftan yang cetar membahana badai... hahaha, lebay memang kata-kata saya, tapi silahkan lihat aslinya mungkin anda akan bilang WOWW ... sampai ada salah satu guru yang di juluki syahrini karena penampilannya yang cetar setiap hari.
Apalagi yang membuat kami kesal???
Omongan mereka. Terkadang omongan mereka tidak bisa di pegang, hari ini bicara a bedok bicara b, sungguh membuat kami bingung, pada hal ini yang sangat membuat kami kesal adalah omongannya tentang ekskul. Kami di wajibkan mengikuti 3 ekskul yang berada disekolah, itulah peraturan dari kampus. Ketika ada ibu Iyen (dosen pembimbing) mereka mengatakan bahwa kami cukup mengikuti 2 ekskul saja karena ekskul yang dimiliki di SMP 16 ini sedikit hanya 10 yang aktif, akhirnya kami memilih ekskul angklung dan padus karena latihan pada hari yang sama, kami memilih cara simple. PPL terus berlanjut hingga pada akhir PPL ketika kami sedang di sibukan untuk laporan, Kami harus memilih 3 ekskul dan tidak boleh memilih 2 ekskul, saat itu kami sudah tidak bisa merubah lagi karena masa ppl tinggal seminggu lagi dan kami baru di beritahuna. Sungguh omongan mereka tidak bisa di pegang bukan??? Itu yang kami benci. Katanya kami tidak akan mendapatkan tanda tangan kepala sekolah jika kami tidak memilih tiga ekskul.
Tidak hanya itu, ketika pengumpulan laporan...
Katanya Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya bahwa pengumpulan berkas ppl ke UC di kumpulkan oleh ketua kelompoknya setelah di tanda tangani oleh kepala sekolah. Bermodalkan itu kami menanyakan kepada wakasek “ibu maaf siapa yang akan mengantarkan laporan ini ke UC? Dari pihak kami apa pihak sekolah?” itu yang saya tanyakan karena saya tau saya tidak boleh mendahului kehendaknya, maka dengan sopan saya tanyakan itu, dan jawabannya adalah “biar kami yang mengantarkan, ada bagiannya untuk mengantarkan ini ke UC” itu jawabannya. Karena mendengar jawaban seperti itu kami merasa percaya saja kepada mereka, setelah perpisahan dan lain-lain kami telah terbebas dari sekolah. dan dua bulan kemudian nilai kami belum masuk ke SIAK, setelah di tanyakan ke UC kenapa nilai kami belum masuk? Jawabannya adalah sekolah belum menyerahkan berkas ppl kalian. Itu membuat kami muak. Akhirnya kami ke sekolah untuk mengambil berkas itu, dan pas disana, kami malah ditanya “kenapa belum di bawa ke UC? Kan biasanya juga sama mahasiswa yang membawanya?” ironis bukan? Berbeda sekali dengan kalimatnya di awal. Kami hanya menjawab dengan senyum, bukan saatnya berdebat lagi, karena kami tidak memiliki rekaman perkataannya sebelumnya. Akhirnya kami ke ruangan temapat kami dulu menyimpan laporan itu dua bulan yang lalu, ternyata, tumpukannya masih seperti yang dulu, seperti tak pernah di sentuh oleh mereka sedikitpun. Dan laporan kami belum di beri cap sekolah, kami mengecap sendiri laporan kami. Dan kami bawa ke UC sendiri akhirnya. Setelah seminggu nilai kami langsung keluar di SIAK.
Saya menyarankan untuk yang akan PPL disana, sebaiknya kalau berbicara dengan mereka kalian harus merekamnya, untuk bukti suatu saat nanti.
Ohya mereka juga adalah manusia sang penggila hormat. Itu julukan kita untuk mereka, jangan lupa mencantumkan “ Hj/ H” di depan nama mereka atau kalian harus membongkar lagi laporan kalian, itu pengalaman kami. Dan juga “harus belajar birokrasi, siapa yang harus paling di hormati di sekolah? siapa yang paling tinggi jabatannya itu yang harus kita dengarkan kata-katanya!” itu kata mereka sang penggila hormat, tapi bagi saya, kata-kata yang bermanfaat dari siapapun itu harus kita dengarkan.
Luar biasa bukan tingkah mereka ini?? Awalnya kami betah sekali di SMP 16 ini, bahkan terkadang saya baru pulang setengah tujuh malam dari sekolah, karena terlalu asyik mengobrol di sana, namun pada akhirnya kami tidak tahan duduk berlama-lama di sana.
Selain itu semuanya masih terasa indah di sana, siswa -siswi yang menyenangkan (ini betulan), para guru yang baik, kecuali mereka, staf TU yang baik, ibu-ibu perpus yang siap menjadi guru kami di sana, menasihati berbagai hal, dan para emang2 dan ibu-ibu yang berjualan di sana, seblak, cipotel, nasi kuning, batagor, cimol, dll . . .
Tapi kalian jangan takut untuk PPL di SMP 16, karena di sana kita akan di didik dengan banyak hal yang tidak dipelajari dalam buku selama perkuliahan. Apa yang biasanya kita tonton di sinetron tentang si baik dan si jahat, akan kita rasakan di sana, dan kalian juga akan tau mana senyum yang tulus, atau senyum yang di paksakan. Dunia kerja yang sesungguhnya itu seperti inilah, ini semua adalah pembelajaran....

1 komentar:

  1. Teh hehehe aku berniat ppl di sekolah ini karena dekat... Tapi jadi berpikir ulang hehehe -anak UPI

    BalasHapus