curhat PPL smp Negeri 16 Bandung . . .
Ini
hanya menceritakan pengalaman saya ketika melakukan PPL, saya bersama kedua
teman saya memilih sekolah untuk PPL si SMP NEGERI 16 Bandung. Tak ada alasan
yang spesial pada awalnya memilih sekolah ini, jujur alasannya adalah karena
sekolah yang lain sudah terisi penuh oleh teman-teman yang lain dan bersisa SMP
16 dan SMP 45 di bandung, lalu kenapa saya tidak memilih SMP 45 saja? Itu
pertanyaan kedua teman saya. Saya tidak mau PPL di SMP 45 karena (Bukan
mencemarkan) saya pernah uji instrumen di sekolah itu dan hasilnya sangat luar
binasa . . . kenapa?? Anak anaknya sangat bandel sekali, mungkin dulu karena
merasa saya hanya mahasiswa yang nebeng uji instrumen doang, lalu alasan kedua
adalah jauhh dari tempat tinggal kost saya, dan karena saya menggunakan angkutan
umum akses menuju sekolah itu cukup rumit, bisa di bilang beberapa kali naik
angkot dari UPI. Tapi jujur alasan yang pertama itu lebih kuat dan lebih
mendominasi alasan mengapa saya tidak mau PPL di sana. ( tapi kata teman saya
yg PPL disana, katanya anak-anaknya baik ko).
Akhirnya
saya lebih memilih SMP 16 Bandung, bagi saya lebih baik memilih tempat yang
tidak tau sama sekali dari pada memilih tempat yang pernah membuat saya kecewa,
setidaknya kalaupun nantinya saya kecewa saya memiliki alasan “ kan saya ga tau
bakal seperti ini, hehe” ya mungkin itulah alasan saya. Tapi coba kalau saya
memilih yang sudah tau dan saya kecewa pasti otak saya berkata ” tuh kan udah
tau dulu di kecewai masih aja mau nyoba”, pemikiran yang aneh sesungguhnya,
tapi itulah saya...
Rasanya
gimana PPL di smp 16 bandung?
Kalau
ngikutin lirik lagu Rich seperti ini nihh
“awalnya
biasa saja, lama-lama luar biasa . . . “
Persis
sekali seperti penggalan lirik di atas, awalnya biasa saja, lama-lama luar
biasa. Maksudnya??? Begini ceritanya.....
Ketika
ppl ini saya di percaya oleh ke empat
belas teman saya untuk menjadi wakil ketua PPL di smp 16, ketua saya seorang
laki-laki, dan entah saya harus mendefinisikan apa lagi, saya tidak tau, yang
pasti pekerjaannya banyak di limpahkan ke saya. Tentu saya terima meskipun
kadang kesal juga tapi ini adalah pengelaman bagi saya, sehingga saya tau seluk
beluk SMP 16 ini.
Kembali
saya ceritakan mengenai awal yang biasa-biasa saja....
Seperti
biasa pertama kami kesana kami di sambut di ruangan kepala sekolah, karena saat
itu kepala sekolah sedang bertugas diluar, kami di sambut oleh wakasek
kurikulum, meskipun awalnya ada perdebatan sengit dulu dengan saya, tapi mau
gimana lagi, toh saya yang butuh jadi saya yang harus mengikuti mereka, hari pertama
menginjakkan kaki kesana sudah berdebat, bagaimana hari yang lainnya??
Sebentar, sabar dulu! Sebenarnya
perdebatan ini menurut saya adalah karena pihak kampus yang kurang tegas
terhadap dosen pembimbing, dari sekolah merasa keukeuh kalau penerimaan di sekolah ini harus diantar oleh dosen
pembimbing, sedangkan dari kelima dosen yang ada semuanya sedang sibuk juga,
sehingga pada tanggal yang di janjikan oleh UC kepada sekolah tidak dapat di
hadiri oleh dosen manapun, dan sekolah tidak mau menerima kami PPL kalau tanpa
dosen, lalu kalau seperti itu, nasib kami gimana? Sebenarnya itulah yang di
perdebatkan. Akhirnya dengan negosiasi yang lumayan ribet kami meminta waktu
untuk mencari dosen lagi, akhirnya dapatlah kami dengan dosen bahasa inggris,
ibu Iyen tercinta, sang penyelamat. Dengan diantar olehnya kami akhirnya di
terima PPL di sekolah itu.
Pengelaman
pertama ppl disana kami di kenalkan dengan guru pamong masing-masing jurusan oleh
wakasek kurikulum, mereka sangat baiikk sekali, senyum yang tulus tersungging
di setiap bibir mereka, dan kami pun merasa nyaman di sana. Setelah berbasa-basi
tidak jelas kami pun pulang. Hari selanjutnya kami mencari kebenaran sendiri,
kami mengenali gedung sekolah sendiri, berkenalan dengan guru-guru yang lain
juga sendiri, berdasarkan pengalaman saja, meskipun awalnya kami sering salah
menyebut nama tapi para guru sangat ramah pada kami sehingga kami pun merasa
nyaman dan lambat laun kesalahan itu selalu kami perbaiki. Awalnya Kami di
berikan basecam di ruang rapat kepala sekolah karena jujur sekolah ini tidak
memiliki ruangan kosong lagi selain ini, jadi kami selama seminggu ini berada
disana di ruang rapat, namun, mungkin entah karena ruang rapat itu akan di
pakai untuk persiapan rapat UN (kebetulan menjelang UN), atau karena kami
sering ribut disana, maklum saja mahasiswa dan kami pun baru berteman dan
berkenalan jadi kami masih ribut-ribut ga jelas, akhirnya kami di pindahkan
basecam nya menjadi di ruang perpustakaan. Awalnya kami canggung berada disana,
namun di perpustakaan ini kami merasa sangat nyaman sekali, didampingi oleh
guru-guru yang baik seperti bu eti dan bu yani. Suplai makanan di ruangan ini
tak pernah kekurangan sehari pun, hingga kami merasa malu, namun mereka seperti
telah mengenal lama kami jadi pasti akan aneh jika kami tidak memakan sesuatu
di sana, hingga kami sering botram
bareng dengan mereka dan terkadang banyak guru-guru yang mengikuti, kecuali
para petinggi sekolah. Kami semakin akrab dengan para guru, staf TU, dan sampai
penjaga sekolah kecuali dengan para petinggi sekolah.
Siapakah
petinggi sekolah yang di maksud itu???
Petinggi
sekolah yang di maksud di sini adalah kepala sekolah dan mereka yang berada di
jajaran wakil kepala sekolah, mengapa demikian?? Entahlah...
Ini
yang dimaksud dengan awalnya biasa saja dan lama-lama luar biasa...
sejujurnya
kami dengan mereka tidak ada masalah apapun, namun mungkin karena kami yang
salah dan kami tidak di beri tahu bahwa kami salah kemudian tiba-tiba kami disalahkan akhirnya
kami kesal terhadap mereka. Mereka di sini tidak semua orang yang berada di
jajaran wakasek lho...hanya beberapa orang yang sering bermasalah dengan kami
saja, yang lainnya seperti guru-guru yang lainnya, baik. Banyak hal yang kadang
membuat kami kesal, seluruh aturan sekolah coba kami ikuti,,, meskipun sangat
sulit bagi kami pada awalnya namun kami mencoba untuk membiasakan, toh kami
calon guru. Kekesalan pertama yaitu cara berpakaian, terimakasih kepada sekolah
yang tidak mewajibkan kami menggunakan jas almamater ketika sedang mengajar
karena itu sangat panas, dan kami hanya di minta berpakaian yang sopan dan
rapi. Minggu pertama teman saya ada yang bermasalah dengan pakaian, katanya
karena menggunakan celana yang terlalu ketat dan kemeja yang di masukan ke
calana sehingga bagian belakang terlihat jelas, kata mereka. Kata kami, pakaian
yang di gunakan teman saya itu masih dalam kategori sopan, tidak ketat di mata
kami, namun mereka yang memiliki peraturan jadi kami mengikuti, akhirnya teman
saya berubah penampilan mengikuti keinginan mereka. Dan apakah kalian tau apa
yang di pakai salah satu jajaran wakasek itu?? Beliau menggunakan pakaian yang
lebih ketat dari teman saya, dan apa yang di gunakan di dalam pakaian luarnya
terlihat jelas oleh kami, aneh bukan??? Masalah berpakaian di sekolah ini
sangat ketat, hari senin dan selasa menggunakan baju guru biasa, hari rabu kami
di minta menggunakan kebaya putih untuk perempuan dan ikat kepala untuk
laki-laki, kamis kami menggunakan batik, dan jumat kami menggunakan baju
muslim. Aturan itu kami ikuti sebaik-baiknya, tapi apa yang mereka gunakan
selama senin sampai jumat?? Senin mereka menggunakan baju guru, selasa
mengunakan blazer bunga-bunga kuning, rabu menggunakan kebaya warna pink, kamis
menggunakan kaftan dan rok batik, dan jumat menggunakan kaftan yang cetar
membahana badai... hahaha, lebay memang kata-kata saya, tapi silahkan lihat
aslinya mungkin anda akan bilang WOWW ... sampai ada salah satu guru yang di
juluki syahrini karena penampilannya yang cetar setiap hari.
Apalagi
yang membuat kami kesal???
Omongan
mereka. Terkadang omongan mereka tidak bisa di pegang, hari ini bicara a bedok
bicara b, sungguh membuat kami bingung, pada hal ini yang sangat membuat kami
kesal adalah omongannya tentang ekskul. Kami di wajibkan mengikuti 3 ekskul
yang berada disekolah, itulah peraturan dari kampus. Ketika ada ibu Iyen (dosen
pembimbing) mereka mengatakan bahwa kami cukup mengikuti 2 ekskul saja karena
ekskul yang dimiliki di SMP 16 ini sedikit hanya 10 yang aktif, akhirnya kami
memilih ekskul angklung dan padus karena latihan pada hari yang sama, kami
memilih cara simple. PPL terus berlanjut hingga pada akhir PPL ketika kami
sedang di sibukan untuk laporan, Kami harus memilih 3 ekskul dan tidak boleh
memilih 2 ekskul, saat itu kami sudah tidak bisa merubah lagi karena masa ppl
tinggal seminggu lagi dan kami baru di beritahuna. Sungguh omongan mereka tidak
bisa di pegang bukan??? Itu yang kami benci. Katanya kami tidak akan
mendapatkan tanda tangan kepala sekolah jika kami tidak memilih tiga ekskul.
Tidak
hanya itu, ketika pengumpulan laporan...
Katanya
Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya bahwa pengumpulan berkas ppl ke UC di
kumpulkan oleh ketua kelompoknya setelah di tanda tangani oleh kepala sekolah. Bermodalkan
itu kami menanyakan kepada wakasek “ibu maaf siapa yang akan mengantarkan
laporan ini ke UC? Dari pihak kami apa pihak sekolah?” itu yang saya tanyakan
karena saya tau saya tidak boleh mendahului kehendaknya, maka dengan sopan saya
tanyakan itu, dan jawabannya adalah “biar kami yang mengantarkan, ada bagiannya
untuk mengantarkan ini ke UC” itu jawabannya. Karena mendengar jawaban seperti
itu kami merasa percaya saja kepada mereka, setelah perpisahan dan lain-lain
kami telah terbebas dari sekolah. dan dua bulan kemudian nilai kami belum masuk
ke SIAK, setelah di tanyakan ke UC kenapa nilai kami belum masuk? Jawabannya adalah
sekolah belum menyerahkan berkas ppl kalian. Itu membuat kami muak. Akhirnya kami
ke sekolah untuk mengambil berkas itu, dan pas disana, kami malah ditanya “kenapa
belum di bawa ke UC? Kan biasanya juga sama mahasiswa yang membawanya?” ironis
bukan? Berbeda sekali dengan kalimatnya di awal. Kami hanya menjawab dengan
senyum, bukan saatnya berdebat lagi, karena kami tidak memiliki rekaman
perkataannya sebelumnya. Akhirnya kami ke ruangan temapat kami dulu menyimpan
laporan itu dua bulan yang lalu, ternyata, tumpukannya masih seperti yang dulu,
seperti tak pernah di sentuh oleh mereka sedikitpun. Dan laporan kami belum di
beri cap sekolah, kami mengecap sendiri laporan kami. Dan kami bawa ke UC
sendiri akhirnya. Setelah seminggu nilai kami langsung keluar di SIAK.
Saya
menyarankan untuk yang akan PPL disana, sebaiknya kalau berbicara dengan mereka
kalian harus merekamnya, untuk bukti suatu saat nanti.
Ohya
mereka juga adalah manusia sang penggila hormat. Itu julukan kita untuk mereka,
jangan lupa mencantumkan “ Hj/ H” di depan nama mereka atau kalian harus
membongkar lagi laporan kalian, itu pengalaman kami. Dan juga “harus belajar
birokrasi, siapa yang harus paling di hormati di sekolah? siapa yang paling
tinggi jabatannya itu yang harus kita dengarkan kata-katanya!” itu kata mereka
sang penggila hormat, tapi bagi saya, kata-kata yang bermanfaat dari siapapun
itu harus kita dengarkan.
Luar
biasa bukan tingkah mereka ini?? Awalnya kami betah sekali di SMP 16 ini,
bahkan terkadang saya baru pulang setengah tujuh malam dari sekolah, karena
terlalu asyik mengobrol di sana, namun pada akhirnya kami tidak tahan duduk
berlama-lama di sana.
Selain
itu semuanya masih terasa indah di sana, siswa -siswi yang menyenangkan (ini
betulan), para guru yang baik, kecuali mereka, staf TU yang baik, ibu-ibu
perpus yang siap menjadi guru kami di sana, menasihati berbagai hal, dan para
emang2 dan ibu-ibu yang berjualan di sana, seblak, cipotel, nasi kuning,
batagor, cimol, dll . . .
Tapi
kalian jangan takut untuk PPL di SMP 16, karena di sana kita akan di didik dengan
banyak hal yang tidak dipelajari dalam buku selama perkuliahan. Apa yang
biasanya kita tonton di sinetron tentang si baik dan si jahat, akan kita
rasakan di sana, dan kalian juga akan tau mana senyum yang tulus, atau senyum
yang di paksakan. Dunia kerja yang sesungguhnya itu seperti inilah, ini semua
adalah pembelajaran....
Teh hehehe aku berniat ppl di sekolah ini karena dekat... Tapi jadi berpikir ulang hehehe -anak UPI
BalasHapus