Kamis, 20 Maret 2014

Love Nana part 1



Matahari sudah tenggelam di upuk barat, warung-warung kaki lima sudah membuka lapaknya, peluh dari pejalan kaki dengan wajah lesu berbondong-bondong dijalan merindukan  sebuah tempat yang nyaman di peraduannya. Disini aku, duduk dibalik kemudi menyaksikan semuanya, merasakan kelelahan yang sama dengan mereka, menuju tempat peraduan terindah dalam hidupku, dimana seorang wanita akan menyambutku di depan pintu dengan senyuman, senyuman yang bagiku begitu indah penghilang segala kelelahan tanpa aku harus meminum suplemen penguat tubuh.
Gerbang rumah terbuat dari besi yang bercat hitam kini sudah di depan mata, kubuat untuknya agar ia tetap aman di dalamnya, di sanalah ia tinggal, wanitaku...
Setelah ku parkir mobilku di garasi aku langsung memasuki rumah sambil sesekali bersenandung tak jelas, yang secara tidak langsung menjelaskan kepadanya aku sudah dirumah.
“dek, mas udah pulang” ucapku ketika memasuki pintu langsung ke dalam ruang tv yang terhubung dari garasi.
Biasanya ia sedang asyik di dapur menyiapkan makanan, namun hari ini kulihat ia sedang tertidur di sofa di depan ruang tv, sofa berwarna putih yang cukup besar seakan mampu  menenggelamkan tubuh mungil dari wanitaku, di sanalah ia tertidur, kudekati perlahan agar tak menimbulkan suara yang akan membangunkannya, kulihat lebih dekat, wajah yang polos dan kecantikan yang natural yang membuatku selalu merindukan rumah, namun setelah kulihat lebih dekat kini aku melihat seakan ada bekas air mata yang mengalir yang kini telah mengering di pipinya, hidung mancungnya masih berwarna merah, dan kulihat ada kantung mata di sekitar mata indahnya. Aku terduduk di samping sofa putih itu, aku yakin ia habis menangis, tapi mengapa ia menangis? Itu yang aku tak tak tau. Aku baru tersadar ternyata aku menduduki sebuah buku, buku ini seperti catatan harian anak remaja, berwarna pink dan terdapat gambar bunga yang terbentuk dari gabungan gambar yang berbentuk hati berwarna merah tua, aku tersenyum melihatnya, ternyata ia masih saja menulis buku harian seperti anak remaja meskipun kini sudah menjadi istriku.
Kulirik tidurnya yang nyenyak, tenang dengan nafas yang teratur.
Didorong oleh keingintahuan mengapa ia menangis akhirnya aku memberanikan diri untuk membuka buku diary itu.
“maaf ya dek, mas buka buku diary nya” gumamku kepada istriku yang sedang tertidur sambil mencoba membuka bukunya
“hemmhh” terdengar jawaban dari belakang kepalaku yang membuat aku terdiam. Mungkin istriku sudah bangun, lalu apa yang akan aku berikan sebagai alasannya? Segera aku tutup kembali bukunya dan ku letakkan di sampingku. Terasa ada pergerakan di belakangku yang membuat hatiku was-was, apakah ia akan marah karena aku membuka diarynya tanpa ijin?
Kuberanikan diri untuk menengok ke belakang, apapun yang terjadi aku tidak ingin ada pertengkaran. Kutarik nafas dalam-dalam dan ku balikan tubuhku untuk menghadap ke arahnya. Dan ketika aku memberanikan membuka mata yang sejak tadi kututup ternyata kini aku melihat istriku masih tertidur dan semakin lelap, hanya posisinya yang berubah, dari tertidur dengan badan telentang dengan sebelah tangan menutupi kepalanya dan kini ia meringkuk seperti bayi dalam kandungan dengan tangan yang  ia posisikan di antara kedua kakinya.
Piuhhhh, kekhawatiranku seperti menghilang seperti asap dan masih meninggalkan rasa penasaran yang semakin menjadi. Kutetapkan hati, akhirnya kubuka buku itu dengan keyakinan penuh. kulihat di halaman pertama, di sana tertulis namanya Keina Adheva dengan tulisan miring bersambung indah dan di pojok kanan bawah ada tulisan lagi “Love nana” yang juga dipenuhi dengan gambar hati kecil-kecil dengan tinta warna-warni. Ahh...istriku masih sangat muda. Nana, begitulah ia dipanggil dalam keluarga dan teman-temannya, kadang akupun memanggilnya seperti itu, tapi aku lebih sering memanggilnya adek, entahlah, tak ada alasan yang spesial untuk itu.
Kubuka lembar berikutnya, disana tertulis beratus-ratus kata yang terukir indah, kuliat di bagian atas halaman itu tertulis tanggal yang sepertinya tanggal ia menulis di bukunya. Di halaman ini tertulis tanggal 28 januari 2013 dan ada judul di sampingnya yang bertuliskan “dilamar”, aku ingat tanggal ini, tanggal dimana sehari setelah aku melamar dengan kedua orang tuaku kerumahnya ditanggal 27 januari 2013, kulanjutkan dengan membacanya.

28 januari 2013 “dilamar”
Hai, selamat datang buku baru, hari ini seperti lembaran baru juga bagiku, kebetulan sekali yah, pas yang buku kemarin abis dan kini aku ganti yang baru lembaran hidupku pun baru, semoga kita berteman dekat yahh, mungkin tidak sering aku menulisnya tapi akan aku usahakan untuk sering menulis. tau ga akhirnya aku kemarin dilamar lho sama mas Tara, kamu tau kan mas Tara yang mana? aku kan udah aku tulis dibuku yang kemarin? aku harus ceritai lagi? Aku ulang sedikit deh ya...Mas Tara itu laki-laki yang dijodohkan oleh ayah, katanya ayahnya mas Tara itu temen kuliah ayah dulu, setelah kami berdua sepakat untuk menerimanya dan kedua orang tua juga sangat menginginkan itu akhirnya kemarin mas Tara melamar aku, kemarin mas Tara cakep banget. Warna bajunya ga nyangka bisa sama dengan aku, sama-sama warna biru, itu artinya jodohkan? Amiin, semoga kita jodoh deh ya, aku si berharap nanti aku sama mas Tara bisa menjadi keluarga yang bahagia selamanya, bisa punya anak banyak, cucu banyak jadi nanti punya keluarga besar, Heze, nghayalnya kejauhan yah?? Tapi ga apa-apakan menghayal? Kan ini lagi curhat ceritanya. Terus aku seneng banget deh setelah aku dipasangi cincin tunangan kemarin itu aku difoto sama mas Tara berdua, aku sih belum lihat hasilnya gimana soalnya fotonya ada di kamera mas Tara, jadi dibawa pulang deh sama mas Tara, mungkin nanti kalo aku ketemu mas tara lagi aku bakal dikasi lihat hasilnya, pasti bagus, dan aku pamer-pamerin ke semua teman-temanku di kantor. Cerita apa lagi ya??nghayal lagi yu! Nanti kalau aku udah beneran resmi jadi istrinya mas Tara aku janji bakal jadi istri yang baik, aku bakal berusaha jadi sempurna untuk mas Tara, pokoknya aku ga bakal ngebiarin mas Tara ngelirik wanita lain, terus kalo ada wanita yang berani ngelirik mas Tara nanti aku jambak rambutnya sampai rontok, pokoknya aku bakal melindungi hati mas Tara Cuma buat aku aja. Diary udah malam nih, aku tidur dulu yah, nanti aku cerita lagi, dah...

Aku tersenyum melihat tulisan istriku, jadi teringat saat acara lamaran itu lima bulan yang lalu, sebenarnya warna baju yang sama itu bukan kebetulan tapi memang aku yang ngirim baju itu untuknya yang dititipkan kepada ibunya seminggu sebelum lamaran supaya warna baju kita sama. Aku mencoba membuka halaman selanjutnya untuk membacanya, disana tertulis tanggal  31 januari 2013 dengan judul perpisahan, tiba-tiba aku mendengar seseorang memanggilku dan...
“mas, lagi apa?” suara serak khas bangun tidur terdengar jelas dari belakang kepalaku, aku mematung. Seperti anak kecil yang sedang tertangkap basah sedang mencuri makanan dalam stoples.
o....owww......


Bersambung . . . ;*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar