Matahari sudah
tenggelam di upuk barat, warung-warung kaki lima sudah membuka lapaknya, peluh
dari pejalan kaki dengan wajah lesu berbondong-bondong dijalan merindukan sebuah tempat yang nyaman di peraduannya. Disini
aku, duduk dibalik kemudi menyaksikan semuanya, merasakan kelelahan yang sama
dengan mereka, menuju tempat peraduan terindah dalam hidupku, dimana seorang
wanita akan menyambutku di depan pintu dengan senyuman, senyuman yang bagiku
begitu indah penghilang segala kelelahan tanpa aku harus meminum suplemen
penguat tubuh.
Gerbang rumah terbuat
dari besi yang bercat hitam kini sudah di depan mata, kubuat untuknya agar ia
tetap aman di dalamnya, di sanalah ia tinggal, wanitaku...
Setelah ku
parkir mobilku di garasi aku langsung memasuki rumah sambil sesekali
bersenandung tak jelas, yang secara tidak langsung menjelaskan kepadanya aku
sudah dirumah.
“dek, mas udah
pulang” ucapku ketika memasuki pintu langsung ke dalam ruang tv yang terhubung
dari garasi.
Biasanya ia
sedang asyik di dapur menyiapkan makanan, namun hari ini kulihat ia sedang
tertidur di sofa di depan ruang tv, sofa berwarna putih yang cukup besar seakan
mampu menenggelamkan tubuh mungil dari
wanitaku, di sanalah ia tertidur, kudekati perlahan agar tak menimbulkan suara
yang akan membangunkannya, kulihat lebih dekat, wajah yang polos dan kecantikan
yang natural yang membuatku selalu merindukan rumah, namun setelah kulihat
lebih dekat kini aku melihat seakan ada bekas air mata yang mengalir yang kini
telah mengering di pipinya, hidung mancungnya masih berwarna merah, dan kulihat
ada kantung mata di sekitar mata indahnya. Aku terduduk di samping sofa putih
itu, aku yakin ia habis menangis, tapi mengapa ia menangis? Itu yang aku tak
tak tau. Aku baru tersadar ternyata aku menduduki sebuah buku, buku ini seperti
catatan harian anak remaja, berwarna pink dan terdapat gambar bunga yang
terbentuk dari gabungan gambar yang berbentuk hati berwarna merah tua, aku
tersenyum melihatnya, ternyata ia masih saja menulis buku harian seperti anak
remaja meskipun kini sudah menjadi istriku.
Kulirik tidurnya
yang nyenyak, tenang dengan nafas yang teratur.
Didorong oleh
keingintahuan mengapa ia menangis akhirnya aku memberanikan diri untuk membuka
buku diary itu.
“maaf ya dek,
mas buka buku diary nya” gumamku kepada istriku yang sedang tertidur sambil
mencoba membuka bukunya
“hemmhh” terdengar
jawaban dari belakang kepalaku yang membuat aku terdiam. Mungkin istriku sudah
bangun, lalu apa yang akan aku berikan sebagai alasannya? Segera aku tutup
kembali bukunya dan ku letakkan di sampingku. Terasa ada pergerakan di belakangku
yang membuat hatiku was-was, apakah ia akan marah karena aku membuka diarynya
tanpa ijin?
Kuberanikan diri
untuk menengok ke belakang, apapun yang terjadi aku tidak ingin ada
pertengkaran. Kutarik nafas dalam-dalam dan ku balikan tubuhku untuk menghadap
ke arahnya. Dan ketika aku memberanikan membuka mata yang sejak tadi kututup ternyata
kini aku melihat istriku masih tertidur dan semakin lelap, hanya posisinya yang
berubah, dari tertidur dengan badan telentang dengan sebelah tangan menutupi
kepalanya dan kini ia meringkuk seperti bayi dalam kandungan dengan tangan yang
ia posisikan di antara kedua kakinya.
Piuhhhh,
kekhawatiranku seperti menghilang seperti asap dan masih meninggalkan rasa
penasaran yang semakin menjadi. Kutetapkan hati, akhirnya kubuka buku itu
dengan keyakinan penuh. kulihat di halaman pertama, di sana tertulis namanya Keina
Adheva dengan tulisan miring bersambung indah dan di pojok kanan bawah ada
tulisan lagi “Love nana” yang juga dipenuhi dengan gambar hati kecil-kecil
dengan tinta warna-warni. Ahh...istriku masih sangat muda. Nana, begitulah ia
dipanggil dalam keluarga dan teman-temannya, kadang akupun memanggilnya seperti
itu, tapi aku lebih sering memanggilnya adek, entahlah, tak ada alasan yang
spesial untuk itu.
Kubuka lembar
berikutnya, disana tertulis beratus-ratus kata yang terukir indah, kuliat di
bagian atas halaman itu tertulis tanggal yang sepertinya tanggal ia menulis di
bukunya. Di halaman ini tertulis tanggal 28 januari 2013 dan ada judul di sampingnya
yang bertuliskan “dilamar”, aku ingat tanggal ini, tanggal dimana sehari
setelah aku melamar dengan kedua orang tuaku kerumahnya ditanggal 27 januari
2013, kulanjutkan dengan membacanya.
28
januari 2013 “dilamar”
Hai,
selamat datang buku baru,
hari ini seperti lembaran baru juga bagiku, kebetulan sekali yah, pas yang buku
kemarin abis dan kini aku ganti yang baru lembaran hidupku pun baru, semoga
kita berteman dekat yahh, mungkin tidak sering aku menulisnya tapi akan aku
usahakan untuk sering menulis. tau ga akhirnya aku kemarin dilamar lho sama mas
Tara, kamu tau kan mas Tara yang mana? aku kan udah aku tulis dibuku yang
kemarin? aku harus ceritai lagi? Aku ulang sedikit deh ya...Mas Tara itu
laki-laki yang dijodohkan oleh ayah, katanya ayahnya mas Tara itu temen kuliah
ayah dulu, setelah kami berdua sepakat untuk menerimanya dan kedua orang tua
juga sangat menginginkan itu akhirnya kemarin mas Tara melamar aku, kemarin mas
Tara cakep banget. Warna bajunya ga nyangka bisa sama dengan aku, sama-sama
warna biru, itu artinya jodohkan? Amiin, semoga kita jodoh deh ya, aku si
berharap nanti aku sama mas Tara bisa menjadi keluarga yang bahagia selamanya, bisa
punya anak banyak, cucu banyak jadi nanti punya keluarga besar, Heze,
nghayalnya kejauhan yah?? Tapi ga apa-apakan menghayal? Kan ini lagi curhat
ceritanya. Terus aku seneng banget deh setelah aku dipasangi cincin tunangan
kemarin itu aku difoto sama mas Tara berdua, aku sih belum lihat hasilnya gimana
soalnya fotonya ada di kamera mas Tara, jadi dibawa pulang deh sama mas Tara,
mungkin nanti kalo aku ketemu mas tara lagi aku bakal dikasi lihat
hasilnya, pasti bagus, dan aku pamer-pamerin ke semua teman-temanku di kantor. Cerita
apa lagi ya??nghayal lagi yu! Nanti kalau aku udah beneran resmi jadi istrinya
mas Tara aku janji bakal jadi istri yang baik, aku bakal berusaha jadi sempurna
untuk mas Tara, pokoknya aku ga bakal ngebiarin mas Tara ngelirik wanita lain,
terus kalo ada wanita yang berani ngelirik mas Tara nanti aku jambak rambutnya
sampai rontok, pokoknya aku bakal melindungi hati mas Tara Cuma buat aku aja. Diary
udah malam nih, aku tidur dulu yah, nanti aku cerita lagi, dah...
Aku tersenyum
melihat tulisan istriku, jadi teringat saat acara lamaran itu lima bulan yang
lalu, sebenarnya warna baju yang sama itu bukan kebetulan tapi memang aku yang
ngirim baju itu untuknya yang dititipkan kepada ibunya seminggu sebelum lamaran
supaya warna baju kita sama. Aku mencoba membuka
halaman selanjutnya untuk membacanya, disana tertulis tanggal 31 januari 2013 dengan judul perpisahan,
tiba-tiba aku mendengar seseorang memanggilku dan...
“mas, lagi
apa?” suara serak khas bangun tidur terdengar jelas dari belakang kepalaku, aku
mematung. Seperti anak kecil yang sedang tertangkap basah sedang mencuri makanan
dalam stoples.
o....owww......
Bersambung . . . ;*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar